Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sedang menggodok pembentukan Tim Lima. Sekretaris Jenderal PBNU Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mengaku pembentukan tim itu merupakan upaya meluruskan sejarah dan mengembalikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke pemiliknya yang sah, yakni PBNU.
Gus Ipul mengklaim saat ini banyak elite PKB yang membuat pernyataan yang melenceng dari fatsun awal berdirinya PKB. Ia menyebut ada upaya sistematis yang dilakukan elite PKB untuk menjauhkan PKB dari struktural NU.
"Langkah ini dilakukan setelah melihat pernyataan elite-elite PKB yang ahistoris. Ada tanda-tanda mereka akan membawa lari dari sejarah berdirinya PKB,” kata Gus Ipul dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (26/7)
Berdasar catatan sejarah, Tim Lima pernah dibentuk PBNU pada 3 Juni 1998. Ketika itu, Tim Lima diketuai Rais Syuriah NU Ma'ruf Amin. Tim tersebut ditugasi membidani lahirnya partai politik yang sejalan dengan aspirasi warga NU.
PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU. Forum ini menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU untuk mendirikan partai politik.
Setelah bertugas lebih dari sebulan, Tim Lima akhirnya merampungkan pembentukan parpol yang dinamai PKB. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dianggap sebagai inisiator utama pembentukan parpol bernafaskan Islam itu.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak menilai pembentukan Tim Lima mengindikasikan babak baru konflik antara kubu Yahya Cholil Stafuq alias Gus Yahya dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Gus Imin.
Gus Yahya merupakan seteru Cak Imin dalam konflik kepengurusan PKB pada periode 2005-2008. Friksi antara Cak Imin dan Gus Yahya kembali mengemuka sejak Said Aqil Siradj tak lagi jadi Ketua Umum PBNU.
"Di mata PBNU saat ini, di PKB telah terjadi personalisasi dan sentralisasi kekuasaan dibawah Cak Imin ini sangat tidak sehat. PKB tampak semakin eksklusif, tidak lagi menjadi rumah bersama kaum Nahdliyyin. Dari segi ini, keinginan mereformasi PKB sangat positif," ucap Zaki kepada Alinea.id, Jumat (26/7).
Zaki pesimistis Tim Lima bakal mampu mengambil alih PKB dari tangan Cak Imin. Menurut dia, Tim Lima yang diwacanakan Gus Ipul bukan gerakan moral yang mewakili aspirasi para kiai NU dan mayoritas kaum Nahdliyyin.
"Melainkan sekedar power struggle antar politisi untuk meningkatkan bergaining politik. Apalagi santer isu di balik gerakan take over PKB yang disuarakan Gus Ipul, ada nama (Menteri BUMN) Erick Thohir sebagai sponsornya," ucap Zaki.
Sejak 2021, Erick diangkat sebagai anggota kehormatan Banser NU. Menurut Zaki, rumor Erick mensponsori upaya kudeta terhadap Cak Imin via NU masuk akal lantaran Erick butuh kendaraan politik setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) lengser.
"Saat ini PKB yang sedang digarap. PPP juga sempat dilirik, tapi tampaknya kurang menjanjikan setelah suaranya jeblok pada Pileg 2024 lalu," ucap Zaki.
Zaki berharap kedua kubu yang berseteru segera menjalankan upaya-upaya rekonsiliasi. Konflik berkepanjangan antara PBNU dan PKB, kata dia, hanya akan memberi peluang bagi munculnya intervensi dari pihak luar.
"Penting bagi faksi-faksi yang ada, baik ada di struktural PBNU, kelompok Gusdurian, faksi Cak Imin di PKB untuk melakukan islah atau rekonsiliasi demi kemaslahatan bersama kaum Nahdliyyin," ucap Zaki.
Senada, Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, menyebut pembentukan Tim Lima oleh PBNU adalah wujud manuver elite politik kubu Gus Dur di PBNU yang ingin mengambil alih PKB dari Cak Imin.
"Kubu PKB saat ini adalah kubu Cak Imin yang dulu melawan Gus Dur. Jadi, saya melihat manuver PBNU ini ingin mengambil alih PKB, kembali ke kubu Gus Dur," ucap Ujang kepada Alinea.id, Kamis (25/7).
Ujang berpendapat tak semestinya PBNU menjalankan manuver-manuver politik praktis untuk menguasai PKB. Pembentukan Tim Lima potensial memperkeruh konflik dan memecah akar rumput NU dan PKB.
"Karena ini memang kelanjutan konflik yang belum selesai antara kubu Cak Imin dan kubu Gus Dur dulu, sama ketika pilpres yang lalu. Ini manuver PBNU untuk mendongkel Cak Imin," jelasnya.