close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) berbincang dengan Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin (kanan) saat launching program Satu Desa Satu Hafizh (Sadesha) di Pondok Pesantren Al Falah, Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat./Antara Foto.
icon caption
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) berbincang dengan Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin (kanan) saat launching program Satu Desa Satu Hafizh (Sadesha) di Pondok Pesantren Al Falah, Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat./Antara Foto.
Politik
Senin, 12 November 2018 12:19

Ma'ruf bela diri soal ucapan budek dan buta

Ma'ruf mengaku sebutan budek dan buta itu bukan untuk menyindir pihak oposisi.
swipe

Tudingan budek dan buta oleh Calon Wakil Presiden (Cawapres) Ma'ruf Amin terhadap orang yang tidak mau mengakui keberhasilan pembangunan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi polemik. Ma'ruf menampik kalau tuduhan tersebut merujuk pada satu pihak, sebaliknya ucapannya lebih ditujukan kepada orang yang mengingkari prestasi yang telah dikerjakan oleh Presiden Jokowi. 

"Saya tidak menuduh siapa-siapa. Kalau apa yang telah dilakukan Jokowi misalnya pembangunan infrastruktur, jalanan, lapangan terbang, pelabuhan, pendidikan dan fasilitas kesehatan. Kemudian ada mengingkari itu semua itu kan seperti orang buta. Tidak melihat dan seperti orang budek," jelasnya di Rumah Situbondo, Menteng Jakarta Pusat, Senin (12/11). 

Ma'ruf mengaku sebutan budek dan buta itu bukan untuk menyindir pihak oposisi. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut mengaku tidak bermaksut menembak ke pihak oposisi. 

Sementara itu Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Abdul Kadir Karding membela apa yang dikatakan oleh Cawapres nomor 01 tersebut hanyalah bahasa kiasan semata. Kiasan itu, kata Abdul agar masyarakat mudah mengerti, memahami kiasan tersebut. 

"Artinya Kiai Ma'ruf mendorong semua pihak termasuk oposisi itu bisa berfikir dan bersikap obyektif. Katakan yang ada itu ya ada, yang tidak ada ya tidak ada. Katakan yang benar itu benar dan yang tidak benar ya tidak benar," belanya. 

Selama ini menurutnya banyak narasi yang dibangun oleh pihak diluar pemerintah yang seakan-akan tidak mengakui adanya prestasi-prestasi yang dilakukan Jokowi. Bahkan Banyak pihak pula yang tidak mengakui prestasi jaringan pengaman sosial semacam KIS (Kartu Indonesia Sehat), PKH (Program Keluarga Harapan), KIP (Kartu Indonesia Pintar) dan bantuan nontunai.  

"Kemudian ada prestasi kemiskinan menurun ada prestasi ketimpangan menurun, ada prestasi keadilan semakin tegak nyata bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama pembangunan daerah terdepan dan terluar. Ada pula pembangunan desa, kelurahan yang masif. Ini tidak diakui," Klaim politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu. 

Menggunakan istilah budek dan buta menurut Karding, merupakan bahasa yang paling mudah untuk menyampaikan kepada masyarakat. Orang yang tidak mengakui prestasi yang ada itulah yang disebut budek dan buta. 

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Mona Tobing
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Berita Terkait

Bagikan :
×
cari
bagikan