Acara makan malam antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Istana Merdeka, Jakarta, Minggu (18/2), memicu beragam spekulasi liar. NasDem disebut-sebut sedang mencari sekoci baru setelah pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) hampir dipastikan gagal memenangi Pilpres 2024.
Meskipun tim hukum timnas AMIN tengah menyiapkan gugatan hasil Pilpres 2024, tak tertutup kemungkinan NasDem hengkang di tengah jalan dan bergabung dengan pasangan pemenang, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran). Hasil hitung cepat sejumlah lembaga menunjukkan Prabowo-Gibran unggul dengan raupan suara hingga kisaran 55-58%.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai NasDem Hermawi Taslim mengatakan Surya Paloh datang ke Istana karena undangan dari Jokowi. Menurut dia, Nasdem tak menutup peluang untuk bergabung dengan koalisi parpol pendukung Prabowo-Gibran.
"Setelah rekap manual KPU (Komisi Pemilihan Umum), baru NasDem akan berpikir hendak berlabuh ke mana. Kami menunggu pengumuman resmi KPU," ujar Hermawi kepada Alinea.id, Senin (19/2).
Selain NasDem, pasangan AMIN diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Berbasis real count KPU sejauh ini, caleg-caleg ketiga parpol itu hampir pasti kembali berkantor di Gedung DPR.
Adapun pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD (Ganjar-Mahfud) diusung PDI-Perjuangan dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Meskipun gagal mengantarkan Ganjar-Mahfud di pilpres, PDI-P potensial kembali jadi pemenang Pileg 2024. Di lain sisi, PPP potensial gagal melenggang ke Senayan.
Ditemui di sela-sela kunjungan di RS Pertahanan Negara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (19/2) lalu, Jokowi mengatakan pertemuan dengan Surya Paloh merupakan upaya untuk membuka pintu komunikasi antara parpol-parpol yang berkompetisi di Pemilu 2024.
"Saya itu hanya menjadi jembatan. Yang paling penting kan partai-partai. Saya ingin jadi jembatan untuk semuanya. Kalau urusan apa itu, urusan politik, itu urusan partai-partai," ujar Jokowi.
Peneliti senior Populi Center Usep Saepul Ahyar mengatakan Jokowi sedang berupaya mempereteli kekuatan oposisi dengan merayu NasDem. Menurut dia, pemerintah Prabowo-Gibran kemungkinan tak akan tahan menghadapi gempuran oposisi sekaliber PDI-P dan PKS yang kuat secara ideologis.
"Oleh karena itu, NasDem didekati untuk menerima hasil pilpres. Jokowi berusaha untuk mengurangi kekuatan oposis karena nanti susah untuk Prabowo-Gibran dalam mengeksekusi proyek warisan Jokowi,"kata Usep kepada Alinea.id, Senin (19/2).
Menurut Usep, Jokowi akan mendekati parpol-parpol yang cenderung pragmatis terlebih dahulu untuk diajak bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran. Seiring itu, upaya rujuk dengan Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri juga terus diupayakan.
"Akhirnya, kalau ada godaan merapat ke pemerintah, ya, akan mudah masuk. Partai di Indonesia masih banyak yang seperti itu, suatu waktu mendukung pemerintah, di lain kesempatan berseberangan, dan nanti bergabung lagi," ucap Usep.
Usep berharap parpol-parpol yang jagoannya kalah di Pilpres 2024 tak tergoda bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran. "NasDem jangan ikut bergabung di luar sebagai oposisi saja. Begitu juga dengan PKB dan PPP. Tegas beroposisi saja," kata Usep.
Pendapat senada diutarakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. Menurut Dedi, Jokowi tengah berupaya merayu Surya untuk membawa NasDem ke gerbong Prabowo-Gibran dan menerima hasil Pilpres 2024.
"Tentu imbalannya pemutihan bagi semua permusuhan Jokowi-Surya Paloh selama ini. Bukan tidak mungkin Nasdem kembali merapat ke pemrrintahan, memperkuat Prabowo, karena memang mereka tidak memiliki persoalan," kata Dedi kepada Alinea.id.
Dedi melihat, pertemuan Jokowi dan Surya Paloh merupakan tanda kegelisahan Jokowi melihat formasi oposisi yang begitu kuat pasca-Pilpres 2024. Jika semua parpol yang kalah bergabung, jumlah kursinya di DPR bahkan bisa mengalahkan raihan parpol-parpol pengusung Prabowo-Gibran..
"Jokowi ingin membuat pemerintahan Prabowo-Gibran senada dengan masa Jokowi yang minim oposisi. Tawaran berbagai peluang (jabatan) besar kemungkinan akan kembali diobral," kata Dedi.