close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum Partai Bulang Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. /Foto Facebook
icon caption
Ketua Umum Partai Bulang Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. /Foto Facebook
Politik
Kamis, 23 Mei 2024 17:07

Masa depan PBB sepeninggal Yusril 

Yusril diisukan diplot jadi Jaksa Agung oleh Prabowo.
swipe

Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra diisukan segera resmi mundur dari jabatannya sebagai ketum. Rumor mengenai kemunduran Yusril menyeruak setelah PBB menggelar sidang Musyawarah Dewan Partai (MDP) PBB di Kantor DPP PBB Jalan Raya Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (18/5). 

Sidang digelar untuk memilih penjabat Ketum PBB. Dalam sidang tersebut, Ketua Mahkamah Partai PBB Fahri Bachmid terpilih sebagai ketum setelah mengoleksi 29 suara. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Afriansyah Noor berada di urutan kedua dengan perolehan 20 suara.

"Dengan demikian, sesuai ART PBB, MDP mengesahkan Dr, Fahri Bachmid menjadi penjabat Ketua Umum PBB sampai terpilihnya Ketua Umum PBB definitif hasil muktamar PBB yang akan datang," tulis PBB dalam akun X resmi mereka, @OfficialDPP_PBB. 

Kini genap 68 tahun, Yusril kali pertama menduduki kursi Ketum PBB pada 1998. Pada Pemilu 1999, PBB di bawah kendali Yusril sukses meraih 2.050.000 suara atau 13 kursi DPR. Pada Pemilu 2004, PBB meraup 2.970.487 suara, namun hanya mengoleksi 11 kursi di DPR. 

Setahun setelah Pemilu 2004, Yusril menyerahkan kursi ketum ke koleganya, MS Kaban. Pada era Kaban, PBB mulai terpuruk. Partai penerus Masyumi itu tak lagi lolos ke parlemen pada Pemilu 2009 dan Pemilu 2014. Pada 2015, kursi Ketum PBB "dikembalikan" ke Yusril. 

Selain sebagai Ketum PBB, Yusril tercatat pernah menjabat sebagai Menteri Hukum dan Perundang-undangan pada Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Kabinet Gotong Royong, dan Sekretaris Negara pada Kabinet Indonesia Bersatu atau pada era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. 

Yusril disebut-sebut mundur lantaran sudah mengantongi jabatan menteri di kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran). Di Pilpres 2024, PBB jadi salah satu parpol nonparlemen pengusung Prabowo-Gibran. Yusril juga jadi ketua tim pengacara Prabowo-Gibran saat menghadapi gugatan PHPU Pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK). 

Dengan segudang pengalamannya di birokrasi pemerintahan dan dunia politik, Yusril bisa dikata sudah jadi ikon tunggal dari PBB. Hingga kini, tidak ada kader yang mampu menyaingi pengaruh dan kepopuleran Yusril di masyarakat.  

Namun demikian, pakar ilmu politik dari Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat menilai PBB tak akan terpuruk sepeninggal Yusril. Ia berpendapat PBB justru bakal lebih independen dan jadi punya ruang untuk mengorbitkan calon pemimpin baru ke pentas politik nasional. 

Di lain sisi, PBB juga akan mendapatkan mendapatkan semacam efek ekor jas jika Yusril diangkat sebagai Jaksa Agung, jabatan yang disebut-sebut diplot Prabowo untuk Yusril. Jika ambang batas parlemen yang turun hingga hanya 1%, Cecep meyakini kader-kader PBB bahkan bisa kembali berkantor di Senayan. 

"Tentunya ini baik untuk citra PBB di pemilu tahun 2029. Bila (Yusril) menjadi Jaksa Agung, akan jadi tabungan bagi PBB,” jelas kepada Alinea.id, Senin (20/5).

Mendulang suara tanpa Yusril pun tidaklah terlalu sulit. Cecep menilai PBB hanya perlu merebut hati generasi Y dan Z. Dalam hal ini, Cecep mengingatkan agar PBB tak berlebihan menglorifikasi sebagai partai titisan Masyumi. “Jangan terjebak masa lalu dan Masyumi,” ujarnya.

Saat ini, menurut Cecep, tantangan terbesar PBB ialah menemukan suksesor Yusril yang tepat. Ia menyebut sejumlah nama potensial. Salah satunya ialah Sekjen PBB yang kini jadi Wamenaker, Afriansyah Noor. "Atau mungkin, sang adik, Yusron Ihza Mahendra bisa menjadi penerus," imbuhnya. 

Pengamat politik Bambang Arianto berpendapat PBB harus mencari figur-figur baru sekaliber Yusril. Menurut dai, PBB tak bisa lagi bertopang pada citra sebagai partai Islam dan titisan Masyumi. Citra itu sudah tak lagi laku untuk dijual ke publik. 

“Agak berat membesarkan PBB, terkecuali ada sosok fenomenal yang bisa mendongkrak elektabilitas PBB,” kata Bambang kepada Alinea.id di Jakarta, Selasa (21/5).

Alih-alih mempertahankan citra sebagai partai Islam, menurut Bambang, akan lebih menguntungkan jika PBB "rebranding" menjadi partai yang lebih nasionalis. Tak kalah penting, PBB juga harus relevan di kalangan anak muda. 

Seiring itu, PBB juga harus bekerja keras untuk melahirkan figur-figur politikus baru yang bisa jadi magnet elektoral bagi parpol. “Tanpa figur, akan sulit PBB menjadi partai besar,” jelas Bambang. 

 

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Berita Terkait

Bagikan :
×
cari
bagikan