close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Bakal calon presiden Anies Baswedan dan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar. /Foto Twitter
icon caption
Bakal calon presiden Anies Baswedan dan bakal calon wakil presiden Muhaimin Iskandar. /Foto Twitter
Politik
Selasa, 17 Oktober 2023 06:10

Masih mungkinkah Anies mengejar Prabowo dan Ganjar?

Usai dipasangkan dengan Muhaimin, elektabilitas Anies cenderung melorot di papan survei.
swipe

Ijtihad politik Ketum NasDem Surya Paloh untuk menduetkan bacapres Anies Baswedan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (kini dikenal dengan sebutan pasangan AMIN) belum membuahkan hasil. Alih-alih meroket, elektabilitas Anies justru stagnan di Jawa Timur. Padahal, Paloh berharap Gus Imin mampu menambal kelemahan Anies di provinsi itu. 

Hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang digelar pada 20-22 September 2023, misalnya, menemukan elektabilitas Anies masih di kisaran 12%. Ganjar Pranowo jadi pemuncak dengan tingkat keterpilihan mencapai 44%, diekor Prabowo Subianto dengan tingkat keterpilihan sebesar 23%. Temuan serupa juga dihasilkan sigi Indikator Politik Indonesia, belum lama ini. 

Di Jatim, Gus Imin juga tak bisa mendongkrak elektabilitas Anies. Dalam survei yang digelar pada 2-11 September 2023, SMRC menemukan pasangan AMIN hanya didukung 10,1% kalangan anggota Nahdlatul Ulama (NU) Jatim. 

Dalam simulasi pasangan, Ganjar Pranowo yang dipasangkan dengan Ridwan Kamil mendapatkan dukungan anggota NU Jawa Timur hingga sebesar 46,3% dan Prabowo Subianto–Erick Thohir mencapai 22,9%. Namun, masih ada sebanyak 20,7% warga NU Jatim yang merahasiakan pilihannya.

Peneliti SMRC Saidiman Ahmad merinci sejumlah alasan kenapa elektabilitas Anies cenderung tergerus setelah berpasangan dengan Gus Imin. Pertama, publik hanya menghitung Anies sebagai capres tanpa mempertimbangkan Gus Imin. 

Kedua, terjadi eksodus simpatisan Anies  setelah Partai Demokrat memutuskan hengkang dari koalisi parpol pengusung Anies. Ketiga, massa PKB, khususnya di Jatim, cenderung terbelah. Mayoritas malah memilih Ganjar dan Prabowo yang dianggap sebagai penerus Jokowi. 

"Yang memilih Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di pemilih PKB itu baru sekitar 20%. Selebihnya masih memilih Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Jadi, saya kira, pilihan PKB mendukung Anies Baswedan ini lebih bisa dilihat lebih sebagai pilihan yang elitis sebetulnya," kata Saidiman kepada Alinea.id, belum lama ini. 

Dalam berbagai survei, tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi di Jatim memang tergolong sangat tinggi, yakni rata-rata di atas 80%. Pada Pemilu 2014 dan 2019, menurut Saidiman, Jokowi juga menang telak di wilayah itu. 

Di lain sisi, Anies pun kesulitan mendongkrak elektabilitas di Jatim lantaran dianggap merepresentasikan Islam modernist. "Sementara, NU disebutnya Islam tradisionalis. Biasanya antara Islam tradisionalis dengan Islam modernist ini berhadap-hadapan. Tidak dekat," ujar Saidiman. 

Meski begitu, Saidiman menilai Anies masih potensial rebound. Pasalnya, Anies dikenal dekat dengan gerakan 212 dan eks Ketua Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab. Di survei SMRC, ada sekitar 43% responden yang mengaku tahu gerakan tersebut. "Dan yang setuju dengan gerakan itu 38%." imbuh Saidiman. 

Anies, lanjut Saidiman, juga potensial mendapat limpahan suara dari NU jika mesin politik PKB efektif menyosialisasikan pasangan AMIN. "Jadi, ada potensi karena tokohnya. Bukan hanya tokoh NU Muhaimin itu, tetapi dia juga bahkan ketua umum partai yang secara historis itu didirikan oleh tokoh-tokoh NU. Jadi, dia sebenarnya punya pintu masuk ke NU untuk melakukan sosialisasi," kata dia. 

Bacapres Anies Baswedan bersama bacawapres Muhaimin Iskandar berada di tengah lautan simpatisan dan pendukungan dalam kampanye di Sidoarjo, Jawa Timur, Oktober 2023. /Foto Instagram @aniesbaswedan

Hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA teranyar juga demikian. Digelar pada 4-12 September lalu, LSI Denny JA menemukan elektabilitas Anies hanya 14,5% setelah mendeklarasikan Cak Imin sebagai pasangan cawapresnya. Angka itu turun dari periode Agustus yang sempat mencapai 19,7%. 

Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby merinci dua hal yang menyebabkan elektabilitas Anies melorot. Pertama, kritik keras Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sekaligus Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) usai deklarasi pasangan AMIN. SBY menyebut Anies sosok yang ingkar janji. 

"SBY adalah mantan Presiden RI dua periode. Publik yang menjadikan SBY sebagai panutan tentulah masih banyak. Kritikan yang keras dari mantan presiden dua periode itu tentu bisa mempunyai efek pada persepsi yang berkembang di publik," ujar Adjie dalam rilis hasil survei yang tayang YouTube LSI DENNY JA OFFICIAL, Senin (2/10). 

Kedua, Gus Imin kalah pamor ketimbang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang sebelumnya digadang-gadang bakal jadi pendamping Anies. Dalam sigi LSI Denny JA, popularitas AHY mencapai 65,9%. "Popularitas Muhaimin sebesar 49%. Popularitas keduanya terpaut 16,9%," jelas Adjie. 

Ditanya soal hasil survei sejumlah lembaga yang menempatkan pasangan AMIN sebagai pasangan dengan elektabilitas terendah, Gus Imin menjawab diplomatis. Ia mengatakan bakal menjadikan semua hasil survei sebagai motivasi untuk bekerja. "

"Jadi motivasi bagi kami semakin bergerak ke masyarakat. Yang penting kan survei rakyat tanggal 14 Februari (2024)," kata Gus Imin kepada wartawan di sela-sela cek kesehatan di RS Fatmawati, Jakarta, Jumat (13/10).

Ketua DPP Partai NasDem Teuku Taufiqulhadi menepis anggapan melorotnya elektabilitas Anies setelah dipasangkan dengan Gus Imin sebagai blunder politik Surya Paloh. Ia malah menyebut hasil-hasil survei berbagai lembaga tidak bisa dipercaya. 

"Ingat survei di Indonesia itu bukan seperti survei di Amerika Serikat. Survei di Amerika itu sangat independen dan dengan tingkat errornya adalah hanya 1%. Kalau di Indonesia itu tidak jelas dan tidak independen," kata Taufiqulhadi kepada Alinea.id

Taufiqulhadi mengklaim elektabilitas pasangan AMIN jauh lebih tinggi ketimbang hasil survei yang ditemukan SMRC dan kawan-kawan. Sebagai gambaran, ia mencontohkan kunjungan-kunjungan Anies di berbagai daerah yang ramai didatangi warga.

"Itu menunjukkan bahwa elektabilitas Anies tinggi... Survei di Indonesia itulah survei yang dibayar, survei masuk dari bagian perang opini. Jadi, demikian. Survei itu merubah opini orang, bukan ingin menunjukkan fakta," kata dia. 

Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri) berbincang dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh (kanan) dalam perayaan ulang tahun NasdDem ke-11 di Jakarta, November 2022. /Foto Instagram @aniesbaswedan

Perjudian yang gagal? 

Pengamat politik Ujang Komarudin menilai tren memburuknya elektabilitas Anies usai dipasangkan dengan Gus Imin belum bisa dijadikan indikasi gagalnya perjudian politik Surya Paloh. Menurut dia, tingkat keterpilihan para paslon masih sangat dinamis dan tidak hanya terpengaruh oleh satu faktor saja. 

"Itu kita lihat nanti ke depannya seperti apa. Apakah elektabilitas Amin dapat naik atau tidak? Kalau bisa naik, berarti kan Surya Paloh bisa dianggap bagus. Kalau tidak, Surya Paloh dianggap melakukan perjudian yang tidak sukses," kata Ujang kepada Alinea.id

Sebagai pasangan yang menempatkan diri di kubu oposisi saat ini, Ujang menilai wajar jika elektabilitas pasangan Amin sulit untuk dikerek. Apalagi, baik Anies maupun Cak Imin, beberapa kali dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk dimintai keterangan dalam sejumlah kasus dugaan korupsi. Secara tidak langsung, pemanggilan oleh KPK potensial memunculkan citra negatif untuk pasangan itu. 

"Ya, itu yang rugi dari pasangan Anies dan Cak Imin. Ya, digembosi dengan cara diperiksa oleh KPK. Ya, kan masyarakat itu tidak tahu benar atau tidak. Masyarakat tidak tahu terlibat atau tidak, yang jelas kalau diperiksa KPK, jelek saja. Padahal, belum tentu salah juga," ujar dia. 

Menurut Ujang, semua kandidat masih punya peluang untuk memenangkan kontestasi elektoral. Apalagi, masa kampanye Pilpres 2024 belum dimulai. Prabowo dan Ganjar pun saat ini masih belum punya pasangan yang bisa dinilai oleh publik. 

Khusus untuk pasangan AMIN, Ujang berkata, sosialisasi masif terkait prestasi dan program yang bakal diusung untuk perbaikan Indonesia ke depan penting untuk dilakukan. Publik terutama harus bisa merasakan perhatian Anies dan Muhaimin terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi mereka sehari-hari. 

"Sehingga, masyarakat pun, ya, tentu akan merespon dengan positif pula. Jadi, intinya bagaimana pasangan Amin, Anies dan Cak Imin ini bisa membangun narasi-narasi positif yang baik dimata publik terkait dengan isu-isu program arah kebijakan ke depan, begitu. Yang bagus, yang positif untuk kepentingan masyarakat berbangsa dan bernegara. Itulah yang harus dilakukan," ujar dia. 

img
Cindy Victoria Dhirmanto
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan