Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengangkat isu pangan dalam pidatonya. Hal itu disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDIP.
Megawati mengatakan, isu ini diangkat bukan karena jelang Pemilu 2024 yang sebentar lagi bergulir. Tema tersebut sudah dibahas sejak lama dan dipandang penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara kedepannya.
"Ini bukan karena kita mau pemilu ya, tapi kita renungkan bertahun-tahun, mengapa bapak saya selalu mengatakan petani nelayan itu soko guru (tiang atau tonggak) dan saya bisa mengerti sekarang," kata Megawati dalam Rakernas IV PDIP, di JI-Expo, Kemayoran Jakarta Pusat, Jumat (29/9).
Megawati menyebut, perhatiannya akan hal itu membuatnya menghadirkan para petani dan nelayan dalam rakernas kali ini. Apalagi, cerita tentang seorang petani yang ditemui Soekarno, bernama Marhaen.
Marhaen mengaku dirinya bisa memenuhi kehidupannya sendiri maupun keluarganya. Sayangnya, tidak bisa dirinya berbagi dan ikut mensejahterakan orang-orang sekitarnya.
Dalam dialog Soekarno dengan Marhaen menjadi inspirasi adanya penguatan negara dari para petani. Inspirasi ini juga menjadi cikal bakal Marhaenisme.
Sayangnya, kata Megawati, kata Marhaenisme memiliki konotasi yang dipadukan dengan komunisme. Sementara, berangkat dari cerita tersebut pemahaman kedaulatan pangan menjadi tema penting.
“Dulu banyak orang selalu mengkonotasikan, kalau menyebut Marhaenisme langsung dikatakan kita ini ‘komunisme’. Padahal, berarti orang itu tidak tahu sejarah dan tidak tahu apa itu Marhaen,” ungkapnya.