Karier politik Ganjar Pranowo potensial meredup setelah kalah telak di Pilpres 2024. PDI-Perjuangan (PDI-P) perlu menyiapkan strategi supaya popularitas dan elektabilitasnya tetap tinggi di kalangan masyarakat. Apalagi, peluang Ganjar untuk memegang jabatan publik kecil jika PDI-P memutuskan jadi oposisi di parlemen.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Zaki Mubarak menilai Ganjar perlu memegang jabatan strategis di parpol demi memastikan pamornya tak redup. Menurut Zaki, Ganjar masih berpeluang untuk maju kembali menjadi salah satu kandidat di pentas pilpres berikutnya.
"Jabatan sekretaris jenderal (sekjen), saya kira, layak untuk diamanahkan ke Ganjar, menggantikan Hasto (Kristiyanto). Hasto sendiri sudah cukup lama menjabat sekjen," kata Zaki kepada Alinea.id, Kamis (7/3).
Sejauh ini, pasangan Ganjar-Mahfud hanya meraup 16,30% suara atau yang terbuncit di Pilpres 2024. Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran) mendominasi dengan raupan 58,45% suara, diekor pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yang memperoleh 25,25% suara.
Raihan itu tergolong buruk bagi Ganjar. Pasalnya, raihan suara Ganjar-Mahfud tak jauh berbeda dengan raihan suara PDI-P, yakni pada kisaran 16%. Jauh sebelum resmi didapuk jadi kandidat presiden, Ganjar sempat jadi sosok capres dengan elektabilitas tertinggi jika dibandingkan Prabowo dan Anies.
Zaki menilai peluang Ganjar untuk mendapatkan posisi strategis di PDI-P cukup besar. Selain sebagai kader yang loyal, Ganjar juga meniti karier politik dari bawah. Ganjar juga punya hubungan yang relatif baik dengan Ketum PDI-P, Megawati Soekarnoputri.
"Ganjar berangkat sebagai aktivis GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMN). Jika tidak sekjen, ya, alternatifnya sebagai salah satu ketua DPP," tutur Zaki.
Ganjalan Ganjar, kata Zaki, ada pada Puan Maharani, putri Megawati yang kini menjabat sebagai Ketua DPR RI. Ganjar kemungkinan bakal didukung kubu Prananda Prabowo, putra Megawati yang juga memegang jabatan strategis di PDI-P. Jokowi sempat menyebut Prananda cocok untuk meneruskan trah Sukarno di PDI-P.
"Kita tahu faksi Prananda dan faksi Puan sangat berpengaruh dan berebut melanjutkan kepemimpinan Bu Mega. Tantangan bagi Ganjar, dan ini tidak mudah, bagaimana dia dapat membantu menyinergikan kekuatan-kekuatan ini," kata Zaki.
Di luar situasi politik eksternal yang bergejolak pasca-Pilpres 2024, Zaki menilai PDI-P punya pekerjaan rumah untuk mempersolid kondisi internal. "Jangan terjebak pada faksionalisme yang sempit. Tantangan ke depan makin berat bagi PDI-P seiring dengan usia bu Mega yang semakin tua," imbuhnya.
Jabatan baru
Guru besar ilmu politik Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi sepakat Ganjar menduduki jabatan strategis di PDI-P jika ingin menjaga pamor politiknya di mata publik. Jabatan sekaliber sekjen partai atau ketua harian layak menjadi panggung politik baru bagi Ganjar.
"Namun, jabatan ketua harian di PDI-P itu tidak ada. Tetapi, bisa saja (jabatan) itu dibuat untuk menjaga elektoral dalam Ganjar lima tahun ke depan," kata Muradi kepada Alinea.id.
Posisi lain yang mungkin dipegang Ganjar, menurut Muradi, ialah sebagai juru bicara kubu oposisi. Akan tetapi, posisi itu merupakan eksperimen politik yang belum pernah ada dalam tradisi politik di Indonesia.
"Bukan tidak mungkin bisa dilakukan. Syaratnya, Ganjar mesti mendapat legitimasi dari ketua umum partai oposisi lainnya. Karena tradisi kita kan tradisi partai, bukan tradisi orang per orang. Jadi, kekuatan politik itu ada di ketua umum," jelas Muradi.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai Ganjar bisa diberikan jabatan strategis di parpol jika mempertimbangkan statusnya sebagai eks capres. Namun, bukan berarti Ganjar berpeluang besar untuk kembali maju di Pilpres 2029.
"Bisa saja PDI-P sudah miliki tokoh baru yang akan kembali diajukan dalam kontestasi pilpres, bisa saja Puan Maharani. Ganjar untuk saat ini nyaris tidak memiliki peluang jabatan populis, terkecuali jika PDI-P bergeser ke pemerintah," kata Dedi kepada Alinea.id.
Menurut Dedi, Ganjar mengalami penurunan pamor politik setelah kalah telak pada Pilpres 2024. Apalagi, PDI-P pun terkesan tak satu suara mendukung Ganjar di lapangan. Di sisi lain, Puan juga sudah mulai bermanuver untuk bertarung pada Pilpres 2029.
"Puan saat ini dekat dengan pemerintah. Banyak kader (PDI-P) yang mengkritik keras Jokowi pada masa pemilu. Puan menjadi satu-satunya elite PDI-P yang membela Jokowi sehingga pada 2029 bisa saja restu kekuasaan itu mengarah ke Puan," ucap Dedi.