Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara terang-terangan mendukung Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, pada 2024. Pernyataan tersebut bahkan disampaikan dalam dua kesempatan.
Pertama, saat meninjau Indo Defence 2022 Expo & Forum di JIExpo, Jakarta, pada Rabu (2/11) lalu. Dalam kesempatan itu, Jokowi mengklaim telah mendukung Prabowo sejak awal.
Dalam peringatan HUT Partai Perindo, Senin (7/11), Jokowi kembali menyampaikan dukungannya kepada eks rivalnya pada 2014 dan 2019 tersebut. Bahkan, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini memprediksi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 merupakan waktunya Prabowo.
Lantas, apa makna dari kedua pernyataan dukungan tersebut? Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, perlu ditinjau terlebih dahulu, apakah pernyataan itu selaras dengan agenda kepentingan Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, atau tidak.
"Jika ternyata berbeda, maka dukungan Jokowi terhadap Prabowo itu bisa dimaknai sebagai perlawanan terhadap Megawati dan PDIP, yang hingga saat ini masih meletakkan Puan Maharani sebagai centre of gravity dari mesin politik PDIP untuk didorong sebagai capres (calon presiden) PDIP," tuturnya kepada Alinea.id, Rabu (9/11).
Jika sebaliknya, dukungan Jokowi terhadap Prabowo selaras dengan agenda PDIP, maka bisa dimaknai sebagai menguatnya sinyal politik merapatnya PDIP ke dalam koalisi Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gerindra dan PKB telah bersepakat berkongsi dalam menghadapi 2024.
"Apalagi, statement dukungan Jokowi ke Prabowo ini telah terjadi secara beruntun, mulai dari 'sejak awal saya dukung Prabowo' hingga 'giliran Prabowo menang 2024,'" kata Khoirul.
Menurutnya, Jokowi termasuk politikus yang disiplin dalam berkomentar. Pun tak berseberangan dengan garis kebijakan dan strategi PDIP. Dengan demikian, pernyataan tersebut dinilainya sebagai cerminan pemosisian (positioning) sikap politik PDIP per hari ini.
"Jika statement itu hanya basa-basi politik Jokowi, jelas hal itu tidak produktif dan justru akan memantik sentimen negatif pendukung Prabowo terhadap Jokowi yang bisa dianggap sebagai 'pemberi harapan palsu,'" imbuhnya.
Lebih jauh, Khoirul berpendapat, sinyal positif merapatnya PDIP ke dalam koalisi Gerindra-PKB bakal mengaktifkan kembali skema Prabowo-Puan sebagai pasangan capres-calon wakil presiden (cawapres) yang kembali relevan dan layak dipertimbangkan.
Mengenai PDIP yang belum berkoalisi, katanya, masih mengalkulasikan secara matang. "Sambil mempertimbangkan berbagai dinamika politik yang terus berkembang."
"Sebagian relawan Jokowi sudah merapat ke Prabowo. Hal itu menegaskan adanya kalkulasi menuju ke sana," tandasnya.