close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, tertawa saat menyampaikan pidato politiknya dalam acara HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Selasa (10/1/2023). Istimewa
icon caption
Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, tertawa saat menyampaikan pidato politiknya dalam acara HUT ke-50 PDIP di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada Selasa (10/1/2023). Istimewa
Politik
Rabu, 11 Januari 2023 12:31

Menafsir pidato narsistik Megawati dalam HUT ke-50 PDIP

Megawati mengagung-agungkan dirinya sebagai perempuan yang pintar, cantik, karismatik, dan seorang pejuang.
swipe

Peringatan HUT ke-50 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Jakarta, Selasa (10/1), dimanfaatkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri untuk bernarsistik ria. Ini terlihat dari beberapa pernyataan yang dilontarkannya saat berpidato.

Dalam momentum itu, Megawati mengagung-agungkan dirinya sebagai perempuan yang pintar, cantik, karismatik, dan seorang pejuang. Pun bakal diikuti para pengikutnya kala hendak swafoto (selfie).

"Untung saya ini pinter, lo! Jadi, kalau saya mau mejeng, kan, sekarang tuh apa, sih, namanya? Selfie. Kalau Aku mau selfie, pasti pengikutku ikutan karena satu, perempuan; dua, cantik; tiga, karismatik; empat, pintar," tuturnya.

"Kamu tahu enggak, sih, Ibumu ini sudah pintar, cantik, karismatik, pejuang... eh, kayak ngene kabeh. Moh Aku. Kan, sudah punya pemimpin yang mestinya... ada pertanyaan pemimpin masa depan yang Ibu harapkan seperti apa. Kok, lu, enggak ngeliatin gue, ya? Orang jelas-jelas ada," imbuhnya. 

Menurut analis komunikasi politik dan militer Universitas Nasional (Unas) Jakarta, Selamat Ginting, pernyataan tersebut mengisyaratkan Megawati masih potensial maju pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Bahkan, untuk menekel kadernya cum Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, yang kerap unggul dalam beberapa hasil survei.

"Mega berikan isyarat bahwa dia masih potensial untuk jadi presiden mendatang pada Pilpres (Pemilihan Presiden) 2024. Mega maju untuk ganjal Ganjar. Puan (Ketua DPR sekaligus Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, red), tak bisa tandingi GP (Ganjar Pranowo)," ujarnya kepada Alinea.id, Rabu (11/1).

Ginting melanjutkan, pidato Megawati itu juga sebagai upaya memotong keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengusung Ganjar. Menurut Ginting, Megawati "turun gunung" untuk membendung ambisi Jokowi dan Ganjar yang diduga akan menguasai PDIP.

"Hanya dengan cara keras seperti itu diyakininya bisa adang keinginan Jokowi, Ganjar, dan FX Rudy Rudyatmo," kata Ginting.

Bagi Ginting, upaya tersebut merupakan yang terakhir bagi Megawati di usianya yang ke 76 tahun pada tahun ini. Megawati, kata dia, mungkin merasa masih muda setelah Mahatir Muhammad yang berusia 90-an tahun masih laku dan  kembali menjadi Perdana Menteri Malaysia.

"Mega bukan bicara kalah menang, tapi harga dirinya di partai. Perkara kalah, dia 3 kali kalah dalam pemilihan presiden: 1 kali kalah dari Gus Dur dan dia 2 kalah dari SBY (Susilo Bambang Yudhoyono)," ucap Ginting.

Ginting menambahkan, Megawati turun gunung juga demi menyelamatkan PDIP agar tidak sampai lepas dari trah Sukarno. Sebab, mau partai diwariskan kepada Puan dan Prananda Prabowo.

Oleh sebab itu, Ginting menilai, di balik narsistik Megawati dalam pidatonya adalah peringatan keras masih merupakan pengendali penuh PDIP.

"Betul, narsistik untuk ungkap bahwa dia masih pegang kendali penuh atas partai; Dia bisa tarik dukungan PDIP dari kabinet, Jokowi bisa rontok kalau sampai terjadi, juga tarik dukungan dari parlemen," tandas Ginting.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Fatah Hidayat Sidiq
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan