close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Komandan Satuan Bersama (Kogasma) Partai Demokrat untuk Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan keterangan kepada wartawan usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/3)./
icon caption
Komandan Satuan Bersama (Kogasma) Partai Demokrat untuk Pilkada 2018 dan Pemilu 2019, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyampaikan keterangan kepada wartawan usai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (6/3)./
Politik
Selasa, 13 Maret 2018 17:58

Menanti keajaiban terbentuknya poros ketiga

Kemunculan poros ketiga menarik, karena menawarkan calon alternatif dan mencegah konflik seperti pembelahan sosial dan politik.
swipe

Pertarungan pemilihan calon presiden dan wakil presiden mendatang, nampaknya akan terasa biasa jika hanya menampilkan dua pasangan calon (paslon). Selain itu, potensi perpecahan publik juga dikhawatirkan akan mewarnai pelaksanaan hajatan akbar tersebut. Apalagi jika calon yang maju sama dengan pilpres 2014 lalu.

Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris mengatakan, kemunculan poros ketiga akan menarik. Sebab, itu tidak hanya sekadar menawarkan calon alternatif, tetapi juga mencegah terjadinya konflik seperti pembelahan sosial dan politik yang terjadi di masyarakat, lantaran hanya ada Jokowi dan Prabowo saja.

Poros ketiga ini bisa terbentuk jika koalisi partai bisa memenuhi ambang batas pencalonan presiden yaitu minimal 20%. Melihat perolehan kursi di Senayan, maka kunci keberhasilan poros ketiga di pilpres 2019 terletak pada Partai Demokrat. Partai besutan SBY ini telah mengantongi perolehan kursi sebanyak 61 atau setara dengan 10,19% suara nasional. Demokrat bisa bergabung dengan PAN dan PKB untuk membentuk poros ketiga ini.

Senada dengan Haris, peneliti Kode Inisiatif Veri Junaidi memaparkan, kemunculan poros ketiga sangat mungkin terjadi. Syaratnya, Partai Demokrat tidak bergabung dengan salah satu poros yang terbentuk.

"Seandainya Demokrat tidak bergabung ke dalam salah satu poros, tentunya sangat memungkinkan hadirnya poros ketiga," katanya.

Dia menyebutkan, profil Agus Harimurti Yudhoyono sangat menarik untuk dimunculkan, jika ada poros ketiga. Apalagi AHY cukup muda, berbeda dengan calon lainnya seperti Prabowo dan Jokowi yang memang sudah cukup senior.

AHY saat ini bisa disandingkan dengan berbagai tokoh seperti Cak Imin atau Zulkifli Hasan. Memang sebaiknya, AHY harus muncul sekarang, agar nama AHY semakin dikenal pada pilpres selanjutnya.

"AHY menarik karena berasal dari golongan muda, dia juga bisa menjadi tokoh alternatif dibandingkan tokoh yang lain seperti Prabowo dari tokoh senior begitu juga Jokowi. Sosok AHY juga cukup berbeda dengan sosok-sosok tersebut," ujarnya.

Poros ketiga tunggu keajaiban

Ketua MPR RI, Zulkifli Hasan mengatakan, saat ini memang beberapa partai juga masih dalam tahap penjajakan, mengingat syarat ambang batas yang relatif tinggi 20%.

 

Dalam rapat koordinasi nasional (rakornas) PAN, dirinya sudah diamanatkan untuk menjadi capres, namun itu bergantung pada putusan koalisi partai.

"Tidak pernah di-cawapreskan, pada saat rakernas tahun lalu saya sudah di-capreskan, coba kalau 5% atau 0% ambang batas presidennya, langsung voting," katanya saat diskusi bertajuk “4 Pilar MPR” di Media Center, Selasa (12/3).

Pada pilpres mendatang dia melihat hanya akan ada dua paslon saja, akan tetapi bisa juga hanya satu calon, apabila dibolehkan oleh Undang-undang.

"Kalau ada tiga (poros), itu namanya ada keajaiban, bisa satu, bisa dua. Kalau tiga tunggu keajaiban," katanya.

Poros ketiga kalau ada, merupakan keajaiban. Dia juga mengatakan semua parpol tentunya memiliki tujuan kekuasan sebagai visi perjuangan partai.

"Kalau parpol tidak mempunyai tujuan kekuasaan itu namanya ormas, bukann parpol. Jadi wajar jika AHY, Zulkifli Hasan, dan Cak Imin mencapreskan," imbuhnya.

Selain itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia, Eko Putro Sadjojo mengatakan, berdasarkan apa yang disampaikan Ketua Umum PKB Muhaimain Iskandar, pada dasarnya partai tersebut masih merasa nyaman berada pada pada koalisi pendukung Jokowi.

"Saya dengar sinyal dari Pak Muhaimin tetap pada Pak Jokowi. Bahkan saat saya meeting dengan Pak Muhaimin, ia tetap dengan Pak Jokowi, jadi tidak ada poros ketiga," ujarnya.

CEO and Founder Alvara Strategic Hasanuddin Ali mengatakan, sangat kecil kemungkinan ada poros ketiga di luar nama Jokowi dan Prabowo. Sebab menurutnya hingga saat ini belum ada yang mampu menandingi elektabilitas dan kepopuleran dua nama tersebut.

Selain itu, untuk mengusung poros ketiga, lanjutnya, rasanya belum ada satupun kandidat yang layak untuk diusung menjadi kandidat presiden.

img
Robi Ardianto
Reporter
img
Purnama Ayu Rizky
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan