Semakin mendekati pendaftaran calon presiden dan wakil presiden, suhu politik dalam negeri makin menghangat. Publik masih menebak-nebak siapa tokoh yang akan saling bertarung pada pemilihan presiden 2019 mendatang.
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris memprediksi, lawan kuat Jokowi masih sama yakni Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Hanya saja dalam catatan Syamsuddin, Prabowo bukanlah lagi pesaing utama. Terdapat beberapa nama baru yang muncul dan potensial menjadi lawan tanding Jokowi. Dalam diskusi yang bertajuk "Siapa Lawan Tanding Jokowi" yang diselenggarakan PARA Syndicate pada akhir pekan ini, ada lima nama yang mengerucut melawan Jokowi.
Mereka adalah Prabowo, Anies Baswedan, Gatot Nurmantyo, Rizieq Shihab, dan Jusuf Kalla. Syamsuddin mengatakan Kalla berpeluang menjadi penantang Jokowi dengan catatan ada partai yang berani mengusungnya.
"Tapi saya rasa Golkar tak akan mendukungnya karena sejarah telah membuktikan di pemilu tidak memilih Kalla seperti pada Pemilu 2014 kemarin," jelasnya.
Lalu soal peluang Rizieq, kata Syamsuddin bisa terwujud apabila komunikasi antar elite posisi mengalami kemacetan. Pun munculnya nama Anies yang dianggapnya bisa menjadi sumber mobilisasi massa, khususnya soal politisasi agama. Meski kata Syamsuddin, hal tersebut tidak baik untuk Anies di masa mendatang.
Di sisi lain apabila Prabowo mundur dari laga presiden 2019 mendatang hal tersebut terjadi karena sumber dana politik Prabowo yang menyusut. Hal ini berkaca pada sumber pendanaan Prabowo yakni sang adik Hashim Djojohadikusumo yang terlempar dari daftar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes.
"Kesiapan Prabowo saat ini di bawah 50%," imbuh Syamsudin.
Pengamat politik Presiden University Muhammad AS Hikam menilai belum ada capres yang lebih menarik dari Jokowi, sehingga pihak oposisi sulit menentukan penantang Jokowi. Sementara nama pendamping Jokowi juga belum muncul karena belum menentukan sikap.