Dorongan agar dilaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) kembali mencuat jelang Kongres ke-V Partai Demokrat 2020, sebagaimana datang dari Forum Komunikasi Pendiri Partai Demokrat (FKPD).
FKPD berdalih ingin menyelamatkan Partai Demokrat agar tidak menjadi 'warisan' keluarga Cikeas.
Dorongan tersebut muncul ke permukaan, menyusul kabar kemungkinan ‘putra mahkota’ Cikeas, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menggantikan posisi ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai ketua umum secara aklamasi.
Merespons manuver FKPD tersebut, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai dorongan itu akan sia-sia.
Ide KLB menghadirkan pemimpin alternatif dalam tubuh Partai Demokrat akan sama nasibnya dengan ide KLB sebelumnya.
“Ide KLB dalam tubuh Demokrat untuk menggembosi SBY bukan hal baru. Sebelumnya pernah ada dorongan mengganti SBY dari politikus senior Demokrat Max Sopacua. Tetapi akhirnya gagal. Nah saya kira dorongan KLB sekarang juga tidak akan jauh berbeda nasibnya,” kata Ray saat dihubungi Alinea.id, Selasa (10/3).
Saat itu, ide KLB yang dimotori Max Sopacua untuk mengganti peran serta SBY dengan AHY sebagai jalan alternatif masa depan partai. Max memandang masa depan Partai Demokrat akan kelam jika masih dipimpin SBY.
Apalagi melihat hasil Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 dengan perolehan suara 7,7%, yang dinilai sebagai prestasi terburuk Partai Demokrat sepanjang sejarah mereka menjadi peserta pemilu sejak 2004.
Bedanya, dorongan KLB kali ini benar-benar ingin menggunting trah Cikeas dari roda kepemimpinan partai berlambang segitiga mercy itu.
Kendati para penggagas ide KLB yang tergabung dalam FKPD itu mengapresiasi kabar AHY dan Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas masuk dalam bursa pemilihan ketua umum, namun mereka juga tengah menyiapkan calon di luar trah Cikeas.
Salah satu nama yang kuat disebut-sebut masuk menjadi pertimbangan FKPD adalah mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
“Tetapi saya katakan ini berat. Tidak memungkiri Partai Demokrat masih belum bisa lepas dari Cikeas, peran SBY atau trahnya masih sangat penting. Maka ide KLB sekarang pun saya yakin tidak akan terealisasi juga. Kemarin saja AHY sebagai pilihan pimpinan alternatif untuk KLB gagal, apalagi di luar Cikeas,” terang Ray.
Dikatakan Ray, figur AHY sangatlah kuat untuk menjadi pengganti ayahnya. Apalagi putra pertama SBY tersebut tengah melakukan konsolidasi yang cukup dalam ke kader-kader Partai Demokrat akar rumput.
Oleh karena itu, Ray membaca, kecil kemungkinan untuk melawan trah Cikeas dalam kongres Partai Demokrat ke-V yang diselenggarakan Mei 2020.
Kendati demikian, Ray tidak memungkiri ke depan akan lahir faksionalisasi kuat dalam tubuh Partai Demokrat. Kekuatan itu akan tumbuh, terlebih jika kelemahan AHY saat berhasil menggantikan SBY begitu tampak, satu atau dua tahun dalam masa jabatannya.
“Tetapi sebagai alternatif, menurut saya sah-sah saja ini muncul,” pungkas Ray.
Sebelumnya diberitakan, Forum Komunikasi Simpatisan (Fokus) Partai Demokrat menolak wacana kongres luar biasa (KLB). Lantaran dianggap nirfaedah.
"Kenapa harus KLB? Apa manfaatnya?" ujar Koordinator Fokus Demokrat, Try Wahyudi, saat dikonfirmasi di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Senin (9/3).
Menurut Yudi, sapaan Tri Wahyudi, para kader masih percaya SBY dalam memimpin sampai jabatan berakhir hingga Mei 2020.
KLB, lanjut dia, bisa digelar apabila SBY mendapatkan mosi tak percaya dari pengurus, karena dianggap gagal memimpin partai. Faktanya, Presiden ke-6 RI itu dianggap berhasil membawa kejayaan Demokrat.
Dirinya pun optimistis, seluruh kader dan simpatisan Demokrat se-Indonesia masih percaya terhadap 'keluarga Cikeas' untuk kembali menakhodai Partai Demokrat.
"Bisa Mas AHY atau Mas Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono). Demokrat tak akan lepas dari Pak SBY dan keluarga Cikeas untuk saat ini. Kalau dipimpin selain keluarga Cikeas saat ini, Partai Demokrat belum bisa," tuturnya.