close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Anggota Komisi III DPR Arsul Sani/Dokumentasi DPR
icon caption
Anggota Komisi III DPR Arsul Sani/Dokumentasi DPR
Politik
Senin, 25 Oktober 2021 07:00

MPR tanggapi Gus Yaqut: Kemenag hasil perjuangan tokoh Islam lintas unsur

Arsul Sani menilai pernyataan soal Kemenag hadiah untuk warga NU bentuk simplifikasi sejarah.
swipe

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Arsul Sani merespons polemik soal pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bahwa kehadiran Kementerian Agama (Kemenag) hadiah untuk warga Nahdlatul Ulama (NU). Menurut Arsul, pernyataan Menag tersebut bentuk simplifikasi sejarah.

"Sebagai Waka MPR RI saya berpendapat bahwa pernyataan tersebut "menyederhanakan" sejarah berdirinya Kemenag. Berdirinya Kementerian Agama  merupakan proses pembentukan negara dan pemerintahan dan hasil interaksi banyak tokoh Islam lintas unsur yang panjang," ujarnya dihubungi Alinea.id, Senin (25/10/2021).

Pernyataan Menag tersebut disampaikan dalam sebuah webinar saat membahas tagline atau logo Kemenag kala stafnya yang mengusulkan tagline ikhlas beramal. Namun Menag tidak setuju dan menilai Kemenag adalah hadiah dari negara untuk jemaah NU, bukan untuk umat Islam secara umum.

"Karena itu kalo mau ditarik sebuah kesimpulan, maka yang paling logis asal usul kementerian yang mengurusi masalah agama ini merupakan bagian dari perjuangan panjang seluruh elemen umat Islam pada saat itu," ungkap Wakil Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini.

Dijelaskan Arsul, jika ditarik ke belakang, bahkan perjuangan itu dimulai ketika persiapan Kemerdekaan RI dilakukan. "Pada saat itu para tokoh-tokoh Islam berinteraksi satu sama lain. Mereka juga berinteraksi dengan tokoh-tokoh nasionalis. Peristiwa-peristiwa yang melatari pembentukan Kemenag bahkan sudah dimulai dalam interaksi baik dalam rapat maupun diluar rapat BPUPK Indonesia dan PPK Indonesia," bebernya.

Ia menegaskan, tidak bisa dipungkiri peran tokoh-tokoh NU pada saat itu, karena itu Menteri  pertama yang mengurusi agama Islam sebelum resmi dibentuk Kemenag dalam Kabinet Presidensial Soekarno adalah KH. Wahid Hasyim, ayahnya Mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang juga merupakan putra pendiri NU Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari.

"Sekitar tiga bulan kemudian, ketika memasuki kabinet di bawah PM Sjahrir I, maka Menteri Urusan Agama ini dijabat KH M. Rasjidi yang notabene merupakan tokoh Masyumi -Muhammadiyah. Dalam masa lima tahun pertama kemerdekaan kita, Menag ada yang dari NU, Masyumi-Muhammadiyah, Syarikat Islam, juga tokoh Aceh," jelasnya.

Ini semua, ungkap Arsul, sebetulnya menunjukkan bahwa Kemenag itu berkat perjuangan tokoh-tokoh Islam lintas unsur dan kemudian jadi keputusan bersama dengan tokoh-tokoh nasionalis.

"Benar NU punya peran, tetapi bukan satu-satunya yang berperan. Sehingga lebih bijak kita untuk menyampaikan bahwa berdirinya Kemenag adalah berkat dan hasil perjuangan tokoh-tokoh Islam pada era kemerdekaan. Sebagai elemen bangsa yg meneruskan estafeta perjuangan beliau-beliau itu," terangnya.

Untuk itu MPR, mengajak semua pihak untuk mewarisi semangat persatuan para tokoh itu dengan menjaga kebersamaan dalam penyelenggaraan urusan keagamaan. "Termasuk untuk saudara-saudara kita di luar umat Islam. Salah satu caranya dengan menahan diri untuk tidak terbiasa dengan menyampaikan klaim-klaim yang hanya menonjolkan kelompok manapun terkait dengan kontribusi bernegara dalam sejarah perjalanan bangsa kita," pungkas Arsul Sani.

img
Fathor Rasi
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan