Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan politikus PDI-Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kian kompak. Teranyar, keduanya sama-sama absen dalam Festival Bandeng yang digelar di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat. Padahal, festival itu menghadirkan para mantan Gubernur DKI dari masa ke masa.
Sebelumnya, Anies dan Ahok sempat bertemu dalam acara Bentang Harapan JakAsa yang digelar Pemprov Jakarta di Balai Kota, akhir Desember lalu. Ketika itu, semua mantan Gubernur DKI Jakarta, terkecuali Jokowi, hadir. Di momen itu, Anies dan Ahok tampak duduk bersebelahan. Keduanya sesekali berbisik sembari tersenyum.
Ditanya awak media, Ahok tak mau membocorkan apa isi obrolannya dengan Anies. “Mesti tanya sama Pak Anies, dong. Ini urusan beda. Tadi itu urusan sama Pak Anies beda urusan. Tunggu bulan depan tanggal mainnya,” ujar Ahok.
Pada pertengahan Januari, Ahok dan Anies kembali bertemu di acara peluncuran buku berjudul Makanya, Mikir! yang ditulis oleh Abigail Limuria dan Cania Citta. Sebagaimana terlihat dalam sebuah foto yang dibagikan Anies di akun X @aniesbaswedan, keduanya kompak memakai kemeja biru.
Spekulasi liar pun beredar di jagat maya. Meski masih jauh, warganet ramai-ramai "menyepakati" gagasan menduetkan Anies dan Ahok di Pilpres 2029. Itu bakal jadi ajang rekonsiliasi Ahok dan Anies. Keduanya sempat jadi seteru politik di Pilgub DKI 2017.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak mengatakan gagasan menduetkan Anies dan Ahok bukan hal mustahil. Namun, ia menyebut hal itu masih sangat tergantung pada dinamika politik ke depan.
Namun demikian, Zaki menilai wacana koalisi anak Abah dan Ahoker untuk Indonesia 1 pada 2029 telah membuat Presiden Prabowo Subianto kurang nyaman. Hal itu bisa dirasakan dari sikap Prabowo kepada PDI-P yang terkesan setengah hati.
"Jika PDI-P hendak masuk dalam pemerintahan Prabowo, saya kira, akan diminta garansi tidak mendukung Anies Baswedan dalam pilpres nanti. Tapi, ini ke Prabowo," ujar Zaki kepada Alinea.id, Selasa (28/1).
Sosok Anies yang memiliki popularitas tinggi, kata Zaki, masih dianggap sebagai ancaman potensial bagi Prabowo. Di sisi lain, Zaki ragu kongsi politik Anies dengan PDI-P dan Ahoker berlanjut hingga 2029. Sebab, ada jurang pemisah ideologi yang cukup dalam antara anak Abah dan Ahoker.
"Saya melihat bertemunya karena kepentingan pragmatis saja, sama sekali tidak ideologis. Anies dan pendukungnya men-support calon PDI-P karena merasa dizalimi dalam Pilkada Jakarta, sementara PDI-P butuh tambahan suara. Jika koalisi ingin berjangka panjang, maka perlu titik temu ideologis dan ini tidak mudah. Perbedaannya terlalu jauh," kata Zaki.
PDI-P mendukung duet Pramono Anung-Rano Karno (Pramono-Rano) di Pilgub DKI Jakarta. Jelang pencoblosan, Anies mendeklarasikan dukungan terhadap pasangan itu. Limpahan suara dari pendukung Anies di DKI diyakini turut berkontribusi memenangkan pasangan kader PDI-P tersebut.
"Bagi saya, skenario duet Anies-Ahok untuk Pilpres 2029 masih sangat imaginatif, tidak realistik. Oleh sebab itu, pak Prabowo harusnya tidak perlu melihatnya terlalu serius," kata Zaki.
Senada, analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kholidul Adib melihat kedekatan Anies dan Ahok sejauh ini lebih bersifat taktis karena keduanya berada di luar kubu Jokowi dan Prabowo.
"Jadi, berlaku prinsip 'lawan musuhku adalah temanku'. Sejauh ini, koalisi Anies dan Ahok belum sampai pada upaya menduetkan keduanya dalam Pilpres 2029. Apalagi, PDI-P masih punya Puan Maharani atau Prananda yang lebih punya peluang untuk tampil sebagai kandidat pilpres dari PDI-P," kata Kholidul kepada Alinea.id.
Di luar Puan dan Prananda, menurut Kholidul, masih terdapat nama Pramono Anung yang terpilih jadi Gubernur DKI Jakarta dan lebih punya peluang maju sebagai capres dari PDI-P. Dalam lima tahun ke depan, Pramono bakal lebih sering tampil di panggung politik ketimbang Anies dan Ahok."Karena Anies dan Ahok yang sudah tidak menjabat," imbuh Kholidul.
Kholidul menilai kedekatan Ahok dan Anies hanya bertujuan untuk menjaga basis pendukung masing-masing agar tetap loyal kepada mereka. "Agar tidak pindah ke pendukung RIDO, bekas pendukung Ridwan Kamil dan Suswono yang didukung Jokowi dan Prabowo," imbuhnya.