Julukan "Nasdrun" mencuat seiring langkah Partai NasDem mengusung Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, sebagai calon presiden (capres) 2024. Nasdrun merupakan kependekan dari NasDem dan kadrun atau kadal gurun.
Adapun istilah kadrun adalah julukan yang ditujukan kepada orang atau kelompok yang dituding berpikiran sempit, terutama dipengaruhi gerakan fundamentalisme dari Timur Tengah, untuk menstigma pihak yang dicap radikal. Istilah ini kali pertama dipromosikan pendukung Joko Widodo (Jokowi) kepada pro Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Politikus NasDem, Bestari Barus, enggan mempersoalkan julukan tersebut. "Saya mengganggap, narasi ini hanyalah narasi recehan saja," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (12/10).
Menurutnya, banyak pihak terkejut dengan langkah NasDem mencapreskan Anies, terutama pihak-pihak yang tidak menyukai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu sejak memenangi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017.
"Oleh karenanya, saya kira, mereka ini adalah golongan gagal move on: yang awalnya hanyalah simpatisan biasa untuk ramai-ramaian, tetapi akhirnya menjelma permanen; dari awalnya tidak suka Anies menjadi pembenci Anies. Sayangnya, itu hanya sekadar ikut-ikutan saja mulanya," tuturnya.
Bagi Bestari, pendengung Nasdrun dilontorkan sekelompok orang yang hanya bergaul dengan pemikiran atau dukungan serupa atau homogen. Julukan pun dilontarkan sebagai bentuk ekspresi ketakutan atas pikirannya.
"Bukan sekadar takut Anies dicalonkan pada Pemilu (Pemilihan Umum) 2024, melainkan ketakutan luar biasa bahwa dipikiran mereka, Anies akan menang apabila ada partai yang mencalonkan sehingga kaum ini, baik secara kelompok maupun perorangan, dapat dipastikan akan terus membangun narasi apa saja dan ditujukan kepada siapa saja yang menggadang orang yang mereka takuti (Anies, red) dicapreskan," paparnya.
Lebih jauh, Bestari menilai, awalnya tidak ada yang mengoordinasi menggemanya Nasdrun. Namun, masifnya narasi tersebut akhir-akhir ini menunjukkan adanya sekelompok pihak memanfaatnya menjadi komoditas politik untuk menggembosi NasDem dan Anies pada pilpres mendatang.
"Golnya sederhana saja, bahwa diharapkan narasi yang dibangun orang-orang ketakutan tersebut bisa memengaruhi keputusan NasDem," kata eks anggota DPRD DKI Jakarta ini. "NasDem takkan takhluk kepada buzzer bayaran sekalipun."
NasDem, tegas Bestari, takkan terpengaruh dengan polarisasi cebong versus kampret dan transformasinya. "NasDem menatap ke depan, Indonesia yang lebih baik lagi secara bermartabat dan jantan."