close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mendaftarkan diri jadi calon Ketua Umum Golkar di DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (19/8). /Foto Instagram @bahlilahadalia
icon caption
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mendaftarkan diri jadi calon Ketua Umum Golkar di DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (19/8). /Foto Instagram @bahlilahadalia
Politik
Rabu, 21 Agustus 2024 12:41

Nuansa sinetron kompetisi Bahlil vs Ridwan di Munas Golkar

Bambang Soesatyo dan Agus Gumiwang memutuskan tak mencalonkan diri jadi Ketum Golkar.
swipe

Mengikuti langkah Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) memutuskan tak maju jadi kandidat ketua umum di ajang Musyawarah Nasional Partai Golkar. Bamsoet berdalih mundur dari pencalonan demi menjaga soliditas partai.

"Diperlukan kesadaran kolektif yang harus dibangun seluruh kader Partai Golkar untuk bersama menyelamatkan Partai Golkar," kata Bamsoet kepada wartawan di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta, Senin (19/8).

Bamsoet sebelumnya mengungkap ia dan Agus bakal mencalonkan diri sebagai kandidat ketum di Munas XI Golkar. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang baru dilantik Bahlil Lahadalia juga bakal maju. 

Dengan mundurnya Bamsoet dan Agus, praktis hanya tersisa dua kandidat ketum di Munas XI Golkar. Selain Bahlil, anggota Dewan Pakar Partai Golkar Ridwan Hisjam juga sudah mendaftarkan diri sebagai kandidat ketum. 

Saat mendaftarkan diri ke DPP Golkar, Bahlil turut menyerahkan bukti dukungan dari sebanyak 469 pemilik suara. Total ada 558 pemilik suara di Partai Golkar, mulai dari DPD hingga organisasi sayap partai. 

Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo, Semarang, Kholid Adid berpendapat perebutan kursi Ketum Golkar akan berlangsung seperti drama atau sinetron. Menurut dia, Ridwan hanya lawan yang sengaja dimajukan untuk membuat seolah ada kompetisi di Golkar. 

"Ridwan Hisjam sengaja tampil untuk menghindari adanya calon tunggal saat Munaslub Golkar besok. Hal ini bagian dari sejarah Golkar agar publik tidak langsung menganggap Golkar sudah dikendalikan oleh penguasa melalui Bahlil tanpa saingan kader lain," ucap Kholid kepada Alinea.id, Senin (19/8).

Bahlil dan Ridwan dikenal dekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Di internal Golkar, Ridwan termasuk salah satu politikus yang sejak lama mempromosikan Jokowi sebagai calon Ketum Golkar. 

Besarnya dukungan pemilik suara dari DPD terhadap Bahlil dan tidak adanya perlawanan dari politikus senior Golkar, menurut Kholid, menunjukkan bahwa internal Golkar tidak berkutik calon yang disokong Istana. 

"Karena Golkar punya banyak kader yang hebat yang bisa maju sebagai calon ketum. Ada Bambang Soesatyo yang sekarang Ketua MPR, ada Agus Gumiwang Kartasasmita dan lain-lain. Tetapi, sepertinya sudah ada obrolan dan sharing power di antara mereka," ucap Kholid. 

Secara kultur politik, menurut Kholid, Golkar bukan partai yang memiliki tradisi oposisi. Dari masa ke masa, Golkar hampir selalu selalu berada di lingkaran kekuasaan. Bahlil bisa dikata ialah representasi penguasa saat ini, baik itu Jokowi maupun Prabowo. 

"Golkar ini partai yang tidak siap menjadi oposan, dengan bahasa lain partai yang selalu pintar bermain cantik untuk bisa bekerja sama dengan penguasa sehingga mendapatkan jatah kekuasaan. Faksi-faksi yang ada di Golkar akan mudah berkolaborasi jika ada power sharing di internal mereka," ucap Kholid.

Analis politik Universitas Nasional (Unas) Selamat Ginting mengatakan Bahlil sejak awal sulit ditandingi karena sudah mengantong dukungan dari sekitar 80% pemilik suara di Golkar. Ia menyebut pencalonan Ridwan Hisjam bahkan potensial dibatalkan karena tak lolos verifikasi dukungan suara. 

"Walaupun secara kepartaian, Ridwan adalah kader senior yang menjadi anggota DPR RI dari Golkar sejak era Reformasi, sedangkan Bahlil hanya pernah menjadi bendahara tingkat provinsi dan sudah 10 tahun tidak aktif di Golkar," ucap Selamat kepada Alinea.id, Selasa (20/8).

Menurut Selamat, bukan tidak mungkin pemilihan ketum Golkar berakhir tanpa kompetisi sama sekali. Artinya, Bahlil dipilih secara aklamasi lewat musyawarah dan Ridwan tersingkir. Tak tertutup kemungkinan pemilihan aklamasi Bahlil disertai perubahan AD/ART Golkar. 

"Maka, otomatis Munas tinggal mengesahkan Bahlil secara aklamasi dengan terlebih dahulu. Kita akan lihat perubahan AD/ART-nya, termasuk apakah ada indikasi pasal penyelundupan untuk bisa memasukkan Jokowi maupun Gibran di partai pohon beringin ini," ucap Selamat. 


 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan