Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais, meminta kepada partai politik atau parpol pendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno untuk menjadi oposisi yang terhormat. Saran mantan Ketua MPR itu disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Kehormatan PAN, Drajad Wibowo.
“Amien Rais menyarankan parpol pendukung Prabowo untuk menjadi oposisi terhormat dan berwibawa kalau rekonsiliasi yang terjadi hanya rekonsiliasi ethok-ethok,” kata Drajad di Jakarta, Sabtu (27/7 ).
Adapun rekonsiliasi ethok-ethok yang dimaksud Amien, kata Drajad, yakni rekonsiliasi yang ujung-ujungnya hanya sekadar bagi-bagi kursi menteri atau lembaga lainnya. "Tentu kursi ini bisa bermakna eksekutif, legislatif dan posisi publik lainnya," ujarnya.
Menurut dia, rekonsiliasi harus benar-benar nyata. Artinya, ada konsensus nasional tentang rencana kerja bersama hasil dari kebijakan rekonsiliasi antara kubu 01 dan 02.
"Amien Rais menilai rekonsiliasi yang benar-benar itu harus dimulai dari rencana kerja. Karena itu, harus ada tim yang duduk bersama memadukan rencana kerja pasangan 01 dan 02 sehingga akan diperoleh titik temu yang menjadi konsensus nasional," kata Drajad.
“Adapun porsinya 55:45, itu bisa merujuk pada keputusan resmi MK dan KPU, wujudnya bagaimana? Ya tentu dibicarakan bersama.”
Drajad mengatakan ketika rekonsiliasi dengan menyamakan platform tercapai, setelah itu baru bisa ada power sharing dan responsibility sharing.
Menanggapi pertemuan antara Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Drajad mengatakan, pihaknya dan Amien Rais sudah tahu akan ada pertemuan tersebut.
Dia menambahkan, Prabowo sudah menyampaikan kepada Amien Rais sebelum melakukan pertemuan dengan Megawati Soekarnoputri.
"Prabowo sudah menyampaikan sebelumnya kepada Amien Rais bahwa akan ada pertemuan dengan Megawati. Prabowo juga menceritakan siapa yang mengambil inisiatif, rencana awal pertemuan dimana dan seterusnya," katanya.
Menurut dia, Amien selalu menekankan pentingnya silaturrahim dengan berbagai pihak, baik itu politis maupun non-politis. (Ant)