Meskipun elektabilitasnya rendah, Gerindra ngotot mencalonkan Ketua DPRD Banten Andra Soni sebagai kandidat gubernur di Pilgub Banten 2024. Sebagai pendamping, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Dimyati Natakusumah telah ditunjuk.
Koalisi besar pun dibentuk. Selain Gerindra dan PKS, koalisi yang dinamai Koalisi Banten Maju (KBM) itu berangotakan NasDem, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Golkar tak diajak. Partai berlambang pohon beringin itu sudah lama mencalonkan eks Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany sebagai cagub Banten. Untuk memastikan tiket bagi Airin, Golkar kini menggandeng PDI-P.
Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, dan sejumlah parpol nonparlemen ialah anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM). Di Pilpres 2024, koalisi gemuk itu mengusung pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka (Prabowo-Gibran). Elite-elite koalisi sempat sesumbar bakal menurunkan format koalisi pilpres ke pentas pilkada.
Pecah kongsi antara Golkar dan Gerindra juga potensial terjadi di Pilgub Jawa Barat (Jabar). Untuk Pilgub Jabar, Gerindra sudah mengeluarkan surat rekomendasi bagi eks Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi. Di lain sisi, Golkar sudah merilis surat tugas untuk mantan Gubernur Jabar Ridwan Kamil (RK) untuk kembali maju.
Beberapa pekan lalu, Gerindra mengumumkan RK sebagai kandidat Gubernur DKI Jakarta. Namun, Golkar tampaknya ogah menerjunkan RK di Pilgub DKI. Survei teranyar Litbang Kompas menunjukkan elektabilitas RK hanya kisaran 8% di DKI. Anies Baswedan, calon terkuat di Pilgub DKI, mengantongi elektabilitas hingga 29,8%.
Analis politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat, menilai ketegangan antara Gerindra dan Golkar di Pilgub Banten dan Pilgub DKI Jakarta membuat kedua partai saling jebak. Situasi itu terjadi karena KIM tak solid di pentas pilkada.
"Akhirnya yang terjadi di Banten itu Airin dikepung koalisi besar yang dipimpin oleh Gerindra dan PKS. Itu membuat Gerindra dan Golkar berada pada sisi yang berlawanan. Di Jabar, Golkar mulai mencalonkan Ridwan Kamil yang bisa menyulitkan Gerindra memenangkan Dedi Mulyadi," jelas Cecep kepada Alinea.id, Kamis (18/7).
Hasil survei SMRC yang dirilis beberapa hari lalu menunjukkan tingkat keterpilihan RK di Jabar mencapai 50,6% dalam simulasi semi terbuka. Dedi berada di peringkat kedua dengan elektabilitas sebesar 25,1%. Ketertinggalan itu hampir mustahil dikejar Dedi di sisa masa kampanye.
"Tapi, di sisi lain, ketegangan ini dimanfaatkan oleh PDI-P untuk berkoalisi dengan Golkar di Banten dan di Jabar," ucap Cecep.
Di Pilgub Banten, PDI-P sudah menawarkan Ketua DPD PDI-P Banten Adi Sumardi sebagai pendamping Airin. Adapun di Pilgub Jabar, politikus PDI-P Ono Surono digadang-gadang bakal diduetkan dengan RK.
"Dinamika politik yang terjadi Gerindra lebih ingin berkoalisi dengan PKS, sementara Golkar lebih ingin berkoalisi dengan PDIP. Dukungan PKS dan PDIP terhadap partai KIM ini akan semakin pertarungan semakin panas," ujar Cecep.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarak memandang Gerindra sedang dalam posisi dilematis karena tidak memiliki cukup banyak figur potensial di Pilkada 2024. Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra dan presiden terpilih butuh banyak kader di wilayah strategis seperti di Banten, Jabar dan Jateng.
"Hanya Kang Dedi yang cukup kompetitif di Jabar, tetapi masih berat untuk menghadapi RK. Di Jakarta, Gerindra tidak punya figur yang menonjol. Di Jateng, Gerindra mendukung Ahmad Lutfi, Kapolda Jateng yang saat ini yang diisukan akan masuk Golkar," ucap Zaki kepada Alinea.id, Kamis (18/7).
Sejauh ini, Gerindra, Golkar, dan parpol anggota KIM lainnya hanya solid di Pilgub Jawa Timur. Semua parpol anggota KIM sudah sepakat kembali mengusung pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak sebagai pasangan calon di Pilgub Jatim.
"Di Banten nama Andra Soni yang diusung Gerinda elektabilitasnya jeblok," cetus Zaki.
Menurut Zaki, Golkar bakal mengabaikan desakan Gerindra untuk menerjunkan RK di DKI Jakarta. RK jauh lebih berpeluang menang jika kembali berkompetisi dengan Dedi di Jabar ketimbang bertarung dengan Anies di ibukota.
"Di Banten juga sama. Airin telah menolak pinangan Gerindra yang akan menyandingkannya dengan Andra Soni. Airin sudah pede (percaya diri) menang tanpa Gerindra," kata Zaki.
Ketegangan Golkar dan Gerindra di Pilgub Banten dan Pilgub Jabar menandakan KIM tidak solid. Kepentingan parpol membuat koalisi di tingkat nasional hampir mustahil diturunkan di pilkada-pilkada strategis.
"Dua kasus ini, Jabar dan Banten, menunjukkan bahwa kepentingan masing-masing parpol lebih utama. Solidaritas sebagai KIM tidak banyak berbunyi di pilkada-pilkada," ucap Zaki.