Meski mendukung Prabowo-Sandi, Partai Demokrat tidak akan fokus kepada efek ekor jas alias coattail effect dari Pilpres 2019.
Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menegaskan bahwa partainya kini tengah fokus memenangkan calon anggota legislatif di daerah pemilihan masing-masing. Demokrat menolak mengandalkan efek ekor jas untuk menaikkan suara pada Pemilu 2019.
Partai berlambang bintang mercy ini mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno pada Pilpres 2019. Meski caleg partainya bisa saja memanfaatkan Paslon nomor urut 02 itu untuk mendapatkan efek ekor jas saat kampanye, namun hal itu bukanlah hal yang patut diharapkan. Menurutnya, Partai Demokrat memiliki strategi tersendiri untuk menaikan suara.
"Kalau kita tergantung pada coattail effect, berarti kita terlalu berharap. Berharap bukanlah strategi," ujar AHY usai menghadiri acara penutupan pembekalan Caleg DPR RI periode 2019-2014 Partai Demokrat di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Minggu (11/11).
AHY menilai bahwa partai pendukung, baik di kubu koalisi maupun petahana tidak akan mendapatkan keuntungan seperti yang diinginkan bila hanya berharap dengan efek ekor jas saja.
"Kita berdoa pasti, kita yakin ada takdir Allah, tapi kalau hanya berharap pada coattail effect dari pencapresan, saya pikir berlebihan. Karena dibuktikan dari berbagai survei, hanya dua partai yang mendapatkan keuntungan dari Pencapresan ini yaitu PDI Perjuangan karena punya Capres Jokowi, dan Gerindra yang punya Capres Prabowo," ungkapnya.
AHY mengimbau kepada seluruh partai politik untuk memandang pertarungan ini sebagai realitas yang harus dihadapi dan bukan untuk dikeluhkesahkan.
"Kami tidak akan mengeluh, kami tidak akan melawan realitas itu. Tapi kami punya ikhtiar memenangkan calon-calon kami di DPR," pungkas AHY.
Dalam Pileg 2019 mendatang, Demokrat telah menargetkan perolehan suara 15% di DPR RI.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Facebook).
Asia Sentinel
Sementara itu, hasil investigasi internal Partai Demokrat terhadap pemberitaan Asia Sentinel yang menyudutkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal kasus Bank Century akhirnya diungkap.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Hinca Panjaitan mengungkapkan bahwa hasil investigasi atas perkara tersebut dilaksanakan oleh internal Partai Demokrat di tiga negara sekaligus yaitu Hong Kong, Amerika Serikat, dan Mauritius.
Hinca mengatakan, gugatan sengketa perdata yang menjadi dasar tuduhan dari artikel tersebut sama sekali tidak menyeret nama SBY dan Partai Demokrat seperti yang ditulis dalam artikel itu.
Gugatan perdata tersebut sebenarnya adalah sengketa antara Weston International Capital Limited melawan J Trust, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan pihak lainnya di Commercial Court Mauritius.
Untuk itu, disimpulkan bahwa pemberitaan tersebut murni menyalahi kode etik jurnalistik dan bersifat fitnah.
"Pemberitaan Asia Sentinal yang merujuk gugatan sengketa perdata murni ini dengan menyebut SBY dan Partai Demokrat terlibat kejahatan korupsi adalah fitnah," ujar Hinca.
Tak sampai di situ, Hinca turut mencurigai adanya motif pengalihan isu dari diterbitkannya pemberitaan tersebut.
"Berita ini naik pada 11 September 2018, kalau kita bisa lebih teliti beberapa waktu sebelum naiknya artikel tersebut, setidaknya ada empat kasus nasional yang harusnya diusut tuntas tapi malah tenggelam tanpa kabar yaitu pertama, dugaan suap jalan kendari DPP PDID dan kasus dollar AS naik pada tanggal 5 September 2018, lalu polemik impor beras di tanggal selanjutnya 6 September 2018, dan skandal pemakaian narkoba anggota DPRD Partai Nasdem pada 23 Agustus 2018," paparnya.
Kecurigaan menguat dengan tak terlacaknya alamat jelas dan kontak Asia Sentinel yang dapat dihubungi.
Atas bukti yang terkumpul, Hinca menyimpulkan bahwa pemberitaan tersebut memiliki target besar yaitu menjatuhkan Partai Demokrat pada Pemilu 2019.
Kini, media itu telah mengakui kesalahannya dengan mencabut berita tersebut serta meminta maaf kepada SBY, Demokrat, dan rakyat Indonesia.
Permintaan maaf media Asia Sentinel kepada mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dimuat di laman media asal Hong Kong itu pada 19 September 2018.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa media-media di Indonesia yang turut menyadur serta menyebarluaskan berita Asia Sentinel itu telah mengakui kesalahan, mencabut berita tersebut, serta meminta maaf.
Dengan demikian, Hinca menegaskan bahwa kasus Bank Century tersebut telah lama selesai, dan juga telah usai serta membuktikan bahwa partainya bukanlah partai biang korupsi seperti yang selama lebih kurang 10 tahun ini disematkan kepada partai pendukung pasangan calon nomor urut dua Prabowo Subianto - Sandiaga Uno tersebut.