Sekretaris Jenderal Partai NasDem Johnny Plate, mengaku partainya yang mendukung koalisi Joko Widodo-Ma’ruf Amin pada dasarnya mengusulkan agar PAN dan Gerindra menjadi partai oposisi saja.
Johnny menilai, PAN dan Gerindra merupakan pihak yang datang tanpa permisi jika masuk dalam koalisi. Bahkan, tanpa menarik pernyataan selama kampanye 10 bulan lalu.
“Ini melukai hati para partai-partai yang ada dalam koalisi pendukung paslon 01,” kata Johnny.
Sikap PAN dan Gerindra selama kampanye, lanjut Johnny, sangat bertolak belakang atau menentang semua visi-misi Joko Widodo. Mereka kerap mengkritik kebijakan Jokowi secara tajam. Terkadang malah menjurus ke arah fitnah.
"Lihat sendiri tajamnya kritik (partai koalisi Prabowo) dan fitnah yang disaksikan masyarakat. Selama ini isunya tantangan terhadap Pancasila, komitmen gagasan kebangsaannya bagaimana?" ujar Jhony.
Lebih lanjut, dia mengatakan, dalam sistem negara berdemokrasi, seharusnya ada peran masing-masing pihak yang menang dan kalah. Menurutnya, dalam demokrasi yang sehat, perlu ada pembanding atau penyeimbang.
Karena itu, Johnny menilai partai-partai yang sebelumnya mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, seperti Gerindra, PKS, PAN, dan partai-partai lainnya lebih baik tetap memosisikan dirinya sebagai partai oposisi.
Namun demikian, jika para partai oposisi benar-benar ingin bergabung dalam koalisi Jokowi-Ma'ruf, Johnny meminta agar mereka secara resmi menyampaikan kepada publik untuk menarik semua pernyataan-pernyataannya yang telah melukai partai koalisi Jokowi-Ma'ruf.
"Bilang ke masyarakat, kami cabut kembali soal tolak infrastruktur, soal ULN (utang luar negeri), kebijakan pajak progresif, kebijakan-kebijakan subsidi produktif yang dilakukan selama ini. Masa tiba-tiba kalah bergabung, apakah itu sehat?" ucapnya.
Johnny meyakini, Prabowo sebagai negarawan pasti memahami arah partainya. Selanjutnya, ia juga mengingatkan kepada Jokowi dalam menggunakan hak prerogatifnya untuk memilih teman yang bisa menguatkan pemerintahannya nanti.
"Kami dukung Pak Jokowi unuk pilih kabinet dari profesional partai koalisi atau profesional nonparpol. Di sisi lain, sambil kami dukung juga untuk punya penyeimbang yang konstruktif," kata Jhony.
Isu merapatnya kubu Prabowo-Sandi ke petahana pertama kali dimunculkan oleh Juru Bicara BPN Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Faldo Maldini. Ia mengunggah video bertajuk "Prabowo (Mungkin) Gabung Jokowi" di channel Youtube miliknya, Minggu (23/6).
Dia berbicara soal kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam politik pascapemilu. Faldo lantas berbicara terkait perolehan suara Partai Gerindra di Pileg 2019. Gerindra diketahui menempati posisi kedua dalam pileg dengan perolehan suara sebanyak 12,97%.
"So, mungkin enggak yang 12% bergabung sama Jokowi? Saya enggak bilang sih, kalau Gerindra bergabung ke Jokowi itu buruk. Itu realistis. Itu pilihan bagi parpol, berada dalam lingkaran kekuasaan tentu lebih baik," kata Faldo.
Sementara itu, PAN menyepakati adanya kemungkinan besar partainya merapat ke kubu Joko Widodo, meskipun Amien Rais menolaknya.