Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Rahmad Handoyo menegaskan, revolusi mental merupakan buah dari gagasan Sang Proklamator, Soekarno. Konsep revolusi mental, dianggap sebagai jalan untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat baik dari segi politik, ekonomi, dan berkarakter dalam konteks sosial-budaya.
Pernyataan tersebut disampaikan Rahmad menanggapi kritik Imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) yang menyinggung revolusi mental dalam pidatonya kemarin. Habib Rizieq menyerukan pengikutnya untuk melakukan revolusi akhlak. Bahkan, Rizieq menganggap, pondasi revolusi mental merupakan buah fikir dari tokoh komunisme, Karl Marx.
"Tidak hanya Ir. Soekarno, Presiden Jokowi pun menyerukan revolusi mental, di mana adanya sebuah Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang dimaksudkan untuk mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat dan berkarakter," terang Rahmad kepada Alinea.id, Rabu (11/11).
Bagi Rahmad, revolusi mental tidak hanya ditujukan untuk negara, melainkan juga setiap individu warga negara. Menurutnya, tujuan revolusi mental agar dapat beradaptasi dan diterima oleh seluruh penjuru negeri.
Dalam lingkup sempit, kata dia, individu dapat diterima dengan mudah di dalam masyarakat lantaran dapat beradaptasi dengan cepat.
"Revolusi mental membawa kita untuk dapat mengubah cara berpikir kita dimana pun kita berada. Itu suatu contoh revolusi mental dalam memandang suatu situasi dan kondisi," tuturnya.
Revolusi mental, kata Rahmad, menuntut sikap mandiri dan dapat menyesuaikan diri dalam setiap keadaan. "Karena tak semua situasi dan kondisi kita harus diatur dan diarahkan oleh orang lain," katanya.
"Tidak setiap situasi membisikkan kita semua keadaan, terkadang apa yang kita lakukan menjadi sebuah kesalahan karena kita tidak mengaplikasikan revolusi mental," imbuhnya.
Kendati demikian, Rahmad menilai, setiap warga perlu memahami dan berfikir menyeluruh guna mengubah cara pandang. Hal ini ditujukan untuk membentuk pribadi menjadi dewasa.
"Waktu tidak akan pernah menunggu kita untuk berubah. Sehingga, kita lah yang harus merubah," pungkasnya.
Untuk diketahui, Habib Rizieq sebelumnya mengkritik revolusi mental, jargon yang digaungkan oleh Presiden Joko Widodo pada periode 2014-2019. Baginya, revolusi akhlak merupakan konsep tepat untuk membenahi masyarakat dalam bernegara.
"Kenapa dipilih revolusi akhlak, kenapa bukan revolusi moral, revolusi budi pekerti, revolusi mental? Karena kata akhlak itu dipakai oleh Nabi kita Muhammad SAW. Nggak ada kata lebih baik dipilih kecuali kata yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW," kata Rizieq, kepada jemaahnya seperti yang disiarkan akun YouTube FPI, Front TV, Selasa (10/11).
HRS memilih revolusi akhlak sebagai pijakan gerakannya. Dia menyebut, revolusi mental digunakan oleh peletak paham komunisme, Karl Marx.
"Karena Nabi yang menggunakan kata akhlak, kita lebih suka pakai istilah akhlak. Kenapa nggak pakai mental, kata mental dipakai oleh Karl Marx. Karl Marx yang pakai, gembongnya komunis. Makanya saya nggak pakai," ucap HRS.