Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menuding adanya black campaign kepada calon presiden Jokowi. Tudingan kampanye hitam tersebut seiring dengan beredarnya poster Jokowi berpakaian khas raja di Jawa Tengah oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Sekretaris PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan atribut kampanye yang beredar di Jawa Tengah secara masif dengan menampilkan poster Jokowi menggunakan mahkota adalah modus black campaign gaya baru.
“Atribut itu seolah-olah mendukung kami, padahal bersifat black campaign. Dari aspek estetika, komunikasi politik, daya imajinasi, dan teknik kampanye, atribut bergambar PDI Perjuangan dan Pak Jokowi yang terpasang tersebut bukan oleh pihak kami," katanya melalui siaran persnya, Selasa (13/11).
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) itupun menyebut ada pihak-pihak yang memalsukan alat peraga kampanye (APK) tersebut. "Kami yakin, atribut tersebut dipasang oleh pihak yang mau mendiskreditkan kami (PDI Perjuangan dan Joko Widodo)," tudingnya.
Ada dugaan pemasangan APK tersebut bertujuan untuk menurunkan elektabilitas PDI Perjuangan. Sebab, berdasarkan hasil berbagai lembaga survei partai berlambang kepala banteng itu, selalu menempatkan diri pada posisi tertinggi.
Selanjutnya, PDI Perjuangan akan mempertimbangkan langkah hukum atas pemasangan APK oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. APK tersebut juga telah diturunkan oleh kader PDI Perjuangan yang sebelumnya melakukan koordinasi dengan Bawaslu setempat.
Sementara itu, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf Abdul Kadir Karding menuding pemasangan APK tersebut bertujuan untuk menggerogoti elektabilitas Jokowi dan PDI Perjuangan.
"Dari gambar tersebut menjelaskan seakan-akan Pak Jokowi itu orang gila kekuasaan, mau disembah-sembah seperti raja. Juga, akan melakukan segala sesuatu untuk mempertahankan kekuasaannya," ujarnya.
Karding pun menyebut poster Jokowi menggunakan mahkota itu dipasang oleh orang lain di luar pengetahuan tim pemenangan Jokowi-Maruf. Hal itu, merupakan cara kotor untuk memenangkan pertarungan.
"Siapapun yang melakukan ini adalah tindakan politik yang kotor dan berbahaya. Menurut saya tidak hanya cukup di klarifikasi pelaku juga harus ditangkap," tegasnya. Dia berharap pemasang poster tersebut harus diusut dalang sebenarnya.
Sementara Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KEDAI KOPI), dipercaya oleh media sosial WhatsApp untuk meneliti hoaks dimasa kampanye pemilu 2019. Nantinya lembaga ini akan meneliti beberapa topik tentang misinformasi di Pemilu 2019.
"Kami akan menggali begaiamana tim pemenangan dalam kampenye politik berstrategi dalam memanfaatkan dan menanggulangi misinformasi atau disinformasi, serta bagaimana pemilih mempersepsi strategi yang melibatkan misinformasi tersebut," papar Peneliti KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo dalam keterangan persnya.
Hasil penelitian ini nantinya akan digunakan untuk membuat strategi pendidikan bagi pemilih dalam menghadapi misinformasi, dan juga untuk menyusun regulasi dalam membatasi eksploitasi misinformasi atau disinformasi oleh tim kampanye.
WhatsApp memandang hal ini amat penting dilakukan, sebab gejala misinformasi sudah mengancam proses demokrasi di berbagai negara. Selain itu, WhatsApp juga memandang dengan adanya riset mengenai misinformasi ini, hal ini juga akan berdampak positif terhadap WhatsApp sebagai aplikasi pesan singkat yang saat ini banyak digunakan masyarakat.