Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menyoroti pencegatan kapal Very Large Crude Carrier (VLCC) berkapasitas 2 juta barel bertajuk VLCC Pertamina Prime milik Pertamina oleh aktivis Greenpeace di lepas pantai Denmark. Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menduga, kapal tersebut mengangkut minyak yang dibeli Indonesia dari Rusia.
"Tampaknya demikian," ujar Mulyanto saat dihubungi Alinea.id, Senin (4/4).
Menurut dia, pemerintah membeli ke Rusia karena alasan ekonomi, yakni lebih menguntungkan mengimpor migas dari Rusia ketimbang negara mitra tradisional di tengah turbulensi harga migas dunia. Namun demikian, kata dia, dampak secara politik perlu mendapat perhatian, apalagi sekarang tertahan Greenpeace Denmark.
"Perlu peran berbagai pihak untuk negosiasi akan insiden ini tidak merugikan keuangan BUMN kita," ujarnya.
Mulyanto berpendapat, tertahannya VLCC Pertamina Prime bisa berdampak pada biaya angkutan dan keterlambatan pasokan. Sementara, penambahan kuota solar meningkat serta tekanan terhadap Pertalite semakin kentara.
Sebelumnya, seperti dilansir dari media lokal di Denmark, thelocal.dk, Greenpeace mengorganisir aksi untuk menyerukan larangan impor bahan bakar fosil dari Rusia, menyusul invasi ke Ukraina. Para aktivis melukis “Perang Bahan Bakar Minyak” di lambung Pertamina Prime.
Untuk diketahui, Pertamina Prime merupakan kapal single screw driven single deck type crude oil tanker dengan panjang 330 meter dan draft 21,55 meter. Berbagai keunggulan juga dimilikinya, di antaranya adalah menggunakan teknologi Super Stream Duct pada desain kapal sehingga membuat performa VLCC Pertamina Prime memiliki kecepatan trial sebesar 16.9 knot, serta efisiensi fuel oil consumption (metric Ton/day) mencapai 20-25% dibanding kapal sejenis dengan design lama.
Selain itu, kapal VLCC mutakhir ini juga telah memenuhi requirement terminal modern di dunia dan regulasi internasional yaitu IMO Annex VI Tier III yang berguna untuk pembatasan emisi gas buang Sulphur Oxide (SOx) dan Nitrogen Oxide (NOx).