close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Foto Ilustrasi vaksinasi/Pixabay.
icon caption
Foto Ilustrasi vaksinasi/Pixabay.
Politik
Jumat, 26 Februari 2021 13:11

Pengembangan vaksin Nusantara diharap tuntas

Vaksin Nusantara diharap jadi salah satu alternatif penanggulangan Covid-19.
swipe

Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, mendorong penelitian lebih lanjut vaksin Nusantara yang digagas mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto.

"Karena terkait klaim keamanan dan kemanjuran vaksin kita sudah punya standarnya, yakni melalui uji klinis fase I, II dan III. Mulai dari uji lab kepada hewan, sampai uji masif kepada manusia. Hasil uji ini harus terbuka kepada masyarakat ilmiah. Kalau hasilnya bagus, baru dievaluasi oleh BPOM untuk mendapat izin. Termasuk pemeriksaan oleh MUI (Mejelis Ulama Indonesia) terkait aspek kehalalannya," ujar Mulyanto kepada wartawan, Jumat (26/2).

Mulyanto berharap, pengembangan vaksin Nusantara dapat dilanjutkan hingga tuntas, sehingga dapat jadi salah satu alternatif dalam upaya penanggulangan Covid-19. Pengembangan vaksin, lanjutnya, dapat dilakukan oleh pihak berkompeten dan ditunjang dengan sarana yang memadai.

"Inikan scientific competition yang di-drive oleh permintaan publik. Yang penting semua berjalan dalam koridor ilmiah yang baku," tutur dia.

Menurutnya, pengembangan vaksin Nusantara ini masih perlu menempuh jalan yang panjang agar dapat digunakan pada rakyat.

"Saya rasa jalannya masih panjang untuk vaksin ini.  Masih bersifat wacana.  Belum jelas lembaga riset mana yang akan menelitinya, termasuk lembaga yang akan melakukan uji klinis serta badan usaha yang mensponsori. Karena itu segala hal yang positif kita dorong saja sesuai standar ilmiah yang ada," tandas Mulyanto.

Vaksin Nusantara ini digaungkan Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, dan sedang dikembangkan dengan menggandeng tim peneliti dari Laboratorium Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Kariadi Semarang, Universitas Diponegoro, dan Aivita Biomedical Corporation, Amerika Serikat.

Vaksin Nusantara diklaim dapat lebih lama memberi kekebalan pada tubuh, dibanding varian merek lainnya karena menggunakan basis sel dendritik (metode vaksinasi dengan mengeluarkan sel darah tubuh penerima vaksin, kemudian dimasukkan kembali ke tubuh).

Ahli epidemiologi dan biostatistik Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono mengkritik vaksin tersebut lancaran prosedurnya yang rumit, kompleks, dan beban biayanya mahal.

“Mengapa bikin vaksinasi yang tidak jelas (dengan vaksin Nusantara). (Vaksin Nusantara) itu satu orang, satu vaksin. Tiap orang yang mau vaksin diambil dulu darahnya. Itu kan hanya untuk terapi. Untuk pengobatan. Jadi, namanya vaksin terapi,” ucapnya kepada Alinea.id, Jumat (19/2).

“Jadi, ada trik komersialisasi di sana (vaksin Nusantara satu orang untuk satu vaksin),” tutur Juru Wabah UI itu.

img
Achmad Al Fiqri
Reporter
img
Fathor Rasi
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan