close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy (kedua kiri) didampingi Sekjen Arsul Sani (kanan) menghadiri acara pembukaan Rapimnas IV dan Workshop Nasional PPP di Jakarta, Selasa (26/3). Foto Antara
icon caption
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy (kedua kiri) didampingi Sekjen Arsul Sani (kanan) menghadiri acara pembukaan Rapimnas IV dan Workshop Nasional PPP di Jakarta, Selasa (26/3). Foto Antara
Politik
Jumat, 15 Maret 2019 17:54

Penghujung karier cemerlang Romahurmuziy

Di usia 41 tahun ketika itu, Romahurmuziy tercatat menjadi ketua umum termuda dalam sejarah PPP. 
swipe

Karier politik Muhammad Romahurmuziy sedang moncer-moncernya saat penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkapnya di Surabaya, Jawa Timur, Jumat (15/3). Diduga terjerat kasus pengadaan jabatan di Kementerian Agama (Kemenag), Gus Romi, sapaan akrab Romahurmuziy, saat ini tengah diboyong penyidik KPK ke Jakarta. 

Romi mendapat mandat sebagai Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 2016-2021 berdasarkan Surat Keterangan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (SK Menkumham) bernomor M.HH-06.AH.11.01 tertanggal 27 April 2016. Di usia 41 tahun ketika itu, Gus Romi tercatat menjadi ketua umum termuda dalam sejarah PPP. 

Terpilihnya Romi sebagai ketua umum sempat digugat Djan Faridz. Djan yang ketika itu tercatat sebagai Ketum PPP versi Muktamar Jakarta  mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta.

Djan menang. Pada 22 November 2016 majelis hakim PTUN mencabut SK Kemenkum HAM tersebut.

Tak tinggal diam, kubu Romi bermanuver. Di tingkat banding, kondisi berbalik. Pada 6 Juni 2017, putusan PTUN Jakarta dibatalkan. Di tingkat kasasi, Djan lagi-lagi apes. 

Usai 'menghabisi' Djan, Romi fokus membenahi PPP dan sibuk membangun citra. Sepanjang 2018, nama Romi sempat santer digadang-gadang menjadi calon pendamping Jokowi di Pilpres 2019. Berulangkali, Romi juga menunjukkan keakrabannya dengan Jokowi.  

"Tidak ada kata tidak siap kala negara memanggil, atau rakyat memerlukan. Saya kira itu," kata Romi pada wartawan ketika ditanya mengenai kesiapannya jika dipilih Jokowi sebagai pendamping pada pertengahan April 2018. 

Namun demikian, Jokowi ternyata menjatuhkan pilihan kepada mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin. Di pentas Pilpres 2019, Romi pun harus puas dengan posisi sebagai salah satu petinggi di Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf. 

"Ya pastilah (penangkapan Romi berdampak terhadap kampanye). Terutama efeknya ke PPP. Kalau (berdampak ke) PPP, pasti juga ke yang lain-lain juga punya efek," kata Ketua Dewan Pengarah TKN Jokowi-Maruf, Jusuf Kalla. 

Akselerasi karier politik 

Romi lahir di Sleman, 10 September 1974. Dia lahir dari keluarga dengan tradisi santri Nahdlatul Ulama (NU) yang kental. Ayah Gus Romi ialah Tolchah Mansoer. Tolchah merupakan pendiri IPNU (Ikatan Pelajar NU) Rois Syuriah PBNU 1984-1986. Tolchah juga pernah mencatatkan diri sebagai anggota DPR-GR mewakili Partai NU Yogyakarta. 

Ketika masih kanak-kanak, Romi mengaku tidak tertarik pada dunia politik dan memilih menjadi seorang santri. Ia bermimpi menjadi seorang kiai yang memimpin pesantren besar. 

Namun, seiring waktu, mimpi itu terlupakan. Alih-alih menggeluti dunia pesantren, Romi tercatat mengenyam bangku kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga memeroleh gelar master dari Fakultas Pascasarjana Teknik dan Manajemen Industri ITB. 

Berbekal gelar itu, Romi sempat menggeluti dunia kerja sebagai pegawai di sejumlah perusahaan swasta pada 1999 dan 2000. Ia juga mendedikasikan dirinya di dunia akademis dengan berkarier sebagai dosen di Fakultas Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada (UGM).

Mengikuti jejak sang ayah dan sang kakek, Romi akhirnya menceburkan dirinya ke dunia politik. Sempat tercatat sebagai kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Romi memutuskan hijrah ke PPP pada awal dekade 2000-an. 

Berbekal pengalaman organisasi di lingkungan kampus, karier politik Romi melesat. Pada Muktamar V PPP tahun 2003, Romi mulai dipercaya menduduki jabatan strategis di DPP PPP. Empat tahun berselang, jabatan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PPP berhasil diduduki Romi.

Sebelum diangkat sebagai Ketum PPP pada 2016, Romi memegang jabatan sebagai sekjen di partai berlambang kabah itu selama lima tahun. Romi juga mencatatkan diri sebagai anggota DPR RI periode 2014-2019. 

Kini, petualangan Romi di dunia politik hampir pasti bakal berakhir. Sebagaimana dalam kasus-kasus operasi tangkap tangan (OTT) lainnya, Romi 'wajib' mendekam di penjara. Romi mengikuti jejak Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang hingga kini masih berada di balik jeruji karena tersangkut kasus korupsi dana haji. 

Di jagat maya, Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD yang sempat berseteru dengan Romi menciak di akun Twitternya @mohmahfudmd menggunakan Bahasa Ingggris. 

"Seperti saya katakan malam itu di Hotel Dharmawangsa: semuanya hanya masalah waktu," kata Mahfud. 

 

img
Manda Firmansyah
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan