close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo. Foto: Istimewa
icon caption
Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo. Foto: Istimewa
Politik
Senin, 21 Februari 2022 11:35

Politikus Golkar minta perajin tahu dan tempe tidak mogok massal

Rencana kenaikan harga kedelai yang memicu rencana mogok massal pengrajin tahu dan tempe.
swipe

Anggota Komisi IV DPR Firman Soebagyo angkat bicara atas aksi mogok perajin tahu dan tempe akibat kenaikah harga kedelai. Dia menilai mogok massal bukanlah jalan keluar yang baik untuk mengantisipasi kenaikan kedelai.

Diketahui, para perajin tahu dan tempe di ibu kota yang tergabung dalam Puskopti DKI Jakarta berencana mogok memproduksi dan berjualan sejak hari ini hingga 23 Februari 2022. Aksi tersebut tak lepas dari harga kedelai yang naik.

Firman menyebut, rencana aksi mogok perajin tahu dan tempe bisa dimanfaatkan oleh para importir untuk mencari keuntungan, sehingga bisa menimbulkan gejolak harga.

"Oleh karena itu, saya menyarankan agar tidak usah demo dan mengurungkan niatnya. Malah saya khawatirkan ada kelompok-kelompok importir memanfaatkan ini supaya harga apapun impor saja. Karena ini akan terjadi gejolak harga," katanya kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/2).

Firman menegaskan, harga kacang kedelai meningkat akibat fluktuasi harga internasional, khususnya di Amerika Serikat yang merupakan salah satu produsen terbesar kedelai selain Brasil, Argentina, dan China. 

"Jalan mogok bukan jalan keluar, yang ada sekarang Pemerintah kita desak untuk bagaimana mengatasi jangka pendeknya. Karena sekarang ini, kalau terjadi gejolak jalan pintas pasti impor ini tidak menyelesaikan masalah, karena masalah kedelai naik bukan hanya sekali atau dua kali ini saja hampir setiap tahun terjadi," ujar politikus Partai Golkar ini.

Ia pun menyarankan kepada perajin tahu dan tempe untuk melakukan improvisasi atau memanipulasi besaran ukuran tempe.

"Saya sarankan dimanipulasi saja kalau dulu besaran tempe 50 gram diturunkan menjadi 35 atau 30 gram atau 40 gram itu bisa jadi pertimbangan agar psikologis mereka terjamin," tuturnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) menstabilkan harga kacang kedelai. Menurutnya, kestabilan harga keledai berdampak kepada masyarakat maupun pengrajin tahu dan tempe. 

"Tugas Kementerian Perdagangan memang seperti itu. Tak bisa membiarkan masyarakat bertarung sendiri," ujar Gobel dalam keterangannya, Senin (21/20).

Gobel mengatakan, akibat kenaikan harga kacang kedelai secara terus menerus, jumlah perajin tahu dan tempe terus berkurang, khususnya perajin kecil. Padaha,l pemerintah sudah tidak mengenakan bea masuk terhadap komoditas kacang kedelai.

Menurutnya, tahu dan tempe merupakan makanan rakyat dan digemari seluruh lapisan masyarakat. Selain itu usaha tahu dan tempe juga merupakan sektor yang bisa dimasuki masyarakat dengan mudah. Karena itu, fluktuasi harga dan kenaikan harga kacang kedelai bisa mengganggu lapangan kerja dan lapangan usaha.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Ayu mumpuni
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan