close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Milisi Hezbollah menggelar pelatihan militer di Desa Aaramta, Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Minggu, 21 Mei 2023. /Foto dok. TNA
icon caption
Milisi Hezbollah menggelar pelatihan militer di Desa Aaramta, Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Minggu, 21 Mei 2023. /Foto dok. TNA
Politik
Selasa, 24 September 2024 11:56

Perang Israel-Hezbollah: Akankah Timur Tengah kembali membara?

Hezbollah mendeklarasikan perang. Israel siap meladeni.
swipe

Organisasi paramiliter Hezbollah merespons keras rangkaian bom pager atau penyeranta di Lebanon yang diduga diarsiteki badan intelijen Israel. Deputi pemimpin tertinggi Hezbollah Naim Qassem menyatakan Hezbollah siap berperang secara terbuka dengan Israel. 

"Ancaman tidak akan menghentikan kami. Kami siap menghadapi semua kemungkinan militer,” kata Qassem seperti dikutip dari Washington Post, Senin (23/9). 

Selama beberapa hari, Lebanon dibekap ledakan dari bom penyeranta dan walkie-talkie. Sedikitnya 40 orang tewas dan 3.000 orang luka-luka. Sejumlah petinggi militer Hezbollah turut jadi korban, termasuk di antaranya Komandan Pasukan Radwan, Ibrahim Akil.

Israel tak mengklaim bertanggung jawab dalam serangan bom tersebut. Namun, Hezbollah meyakini serangan itu kerjaan unit intelijen Israel di bawah Mossad. Apalagi, pager-pager itu meledak setelah menerima pesan berantai dari seorang petinggi Hezbollah.  

Qassem menyatakan bakal terus meluncurkan roket dari utara Lebanon hingga Israel angkat kaki dari Gaza, Palestina. "Hezbollah memasuki fase baru dalam perang melawan Israel," kata Qassem. 

Sejak perang antara Israel dan Hamas pecah pada Oktober 2023, Hezbollah telah ikut serta sebagai sekutu Hamas. Secara berkala, milisi Hezbollah meluncurkan roket ke wilayah Israel. Kontak senjata antara pasukan Israel dan Hezbollah pecah di kawasan perbatasan Israel-Lebanon hampir setiap hari. 

Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu berjanji bakal meladeni Hezbollah. Ia menegaskan Israel bakal melakukan apa pun untuk mengembalikan stabilitas keamanan di negaranya setelah serangkaian serangan rudal Hezbollah mendarat di permukiman Israel dan instalasi militer Israel. 

Pakar hubungan internasional dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Robi Sugara memprediksi perang terbuka antara Israel dan Hezbollah bakal terjadi. Namun, ia pesimistis Iran dan Suriah bakal ikut terjun langsung membela Hezbollah dalam perang tersebut. 

“Syria dan Iran tentu berada di pihak Hezbollah. Tetapi, untuk keterlibatan secara langsung, saya kira, tidak dilakukan kecuali bantuan persenjataan atau bantuan intelijen,” ujar Robi kepada Alinea.id di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Sebagai proxy dari Iran dan beraliansi dengan Suriah, Hezbollah dianggap sebagai satu-satunya organisasi paramiliter di Timur Tengah yang mampu menyaingi kekuatan militer Israel. Hezbollah juga menolak keberadaan Israel di Palestina.

“PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak akan bisa melakukan apa pun. Meskipun upaya untuk mencegah ada, tapi perang bakal terjadi. Terkecuali ada peran aktif dari negara-negara Arab untuk (meredakan ketegangan),” jelas Robi. 

Pakar hubungan dan keamanan internasional dari Universitas Budi Luhur (UBL) Andrea Abdul Rahman sepakat PBB kemungkinan tak akan bisa menghentikan pecahnya perang antara Israel dan Hezbollah. Pasalnya, Amerika Serikat (AS) masih berada di belakang Israel. 

Menurut dia, negara-negara di kawasan teluk, seperti Arab Saudi, Mesir, Qatar, Bahrain, Yaman, Aljazair, Libya, Tunisia, dan Maroko yang mampu menurunkan tensi antara Israel dan Hezbollah. Salah satu jalan dengan memberlakukan sanksi ekonomi bagi Israel. 

“Apalagi, saat genosida di Palestina, salah satu negara yang secara politik menentang Israel tapi secara ekonomi berdagang dengan Israel ya Turki,” kata Andrea kepada Alinea.id, Sabtu (21/9).

Andrea mengatakan situasi politik di Timur Tengah dan Eropa bakal pelik jika Israel dan Hezbollah terlibat perang terbuka. Banyak negara di Eropa tersandera dan tak bisa menginisiasi upaya-upaya menghentikan perang lantaran punya hubungan ekonomi dengan Israel. 

"Jadi, kondisinya sangat ruwet dan ini bahaya. Korban jiwa perlu diperhatikan dan tak boleh hanya dianggap angka saja. Sayang sekali PBB tidak bisa apa-apa dan negara besar seakan tone deaf soal ini. Padahal, skalanya bisa meluas besar,” jelasnya.

Andrea juga berpendapat Iran dan Suriah tak akan ikut terlibat secara langsung dalam perang tersebut. Suriah saat ini terbagi ke dalam beberapa faksi dan masih terjebak dalam konflik internal. 

“Iran pasti akan back up Hezbolah karena Hezbollah butuh persenjataan. Semua persenjataan dukungan Iran,” ucapnya.

 

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan