Performa Prabowo, Ganjar, Anies di mata pakar mikro ekspresi
Adu gagasan antara Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan dalam debat sesi pertama yang diselenggarakan di halaman depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta Pusat, Selasa (12/12), mengungkap karakter masing-masing kandidat. Ada makna khusus dari tutur kata, raut muka, dan gestur tubuh yang diperlihatkan ketiganya saat berdebat.
Pakar mikro ekspresi Dody Triasmara mengungkap Prabowo, Ganjar, dan Anies terlihat canggung dan gugup di sesi-sesi awal debat. Namun, ketiganya tampak lebih percaya diri saat debat memasuki segmen ketiga atau sesi saling tanya antarkandidat.
Dari segi artikulasi menyampaikan gagasan, menurut Dody, Anies terlihat lebih piawai ketimbang Prabowo dan Ganjar. Jika dilihat dari diksi atau pilihan kata yang digunakan, Anies cenderung lebih berani menyerang kompetitornya.
"Dia mengkritisi dengan halus karena dia tidak menyerang langsung. Anies terlihat memposisikan lebih unggul dari paslon lain dengan mengungkap pengalaman sebagai Gubernur DKI Jakarta. Tapi, ada gestur yang agak meragukan. Ini yang perlu diteliti lebih lanjut," ujar Dody kepada Alinea.id, Rabu (13/12).
Dody memandang Anies juga mahir memeragakan bahasa tubuh yang bertujuan membuat orang teringat akan pengampilan debatnya. Saat membahas soal kondisi penegakan hukum di Indonesia, misalnya, Anies mengepalkan jarinya untuk mencontohkan bahwa 'hukum tumpul ke atas, tapi tajam ke bawah'.
"Dia bisa memberi penekanan mengenai apa-apa yang ingin dituju agar publik terngiang-terngiang dengan yang disampaikan di publik," ucap Dody.
Dari gestur dan tanggapan-tanggapannya di debat, Dody memandang Prabowo terlihat lebih "memusuhi" Anies ketimbang Ganjar. Prabowo terlihat seperti kandidat dari petahana. Dalam salah satu momen debat, Prabowo bahkan terang-terangan membela Jokowi.
"Dari gaya tangannya, Pak Prabowo itu sebenarnya percaya diri. Tapi, Pak Prabowo itu sering menyatakan ketidaksetujuannya dengan pihak Pak Anies. Kalau dengan Pak Ganjar, Prabowo lebih menyetujui," ucap Dody.
Prabowo, lanjut Dody, terlihat jauh lebih emosional ketika menanggapi Anies ketimbang saat menjawab pertanyaan dari Ganjar. Saat Anies mengkritik lemahnya peran oposisi pemerintahan, Prabowo menyebut pernyataan itu berlebihan.
"Seperti dengan receh menyinggung, 'Mas Anies, Mas Anies!' Itu sebenarnya menunjulkan Prabowo cukup berani dan kental kontra terhadap Anies. Ada hal semacam itu juga Pak Prabowo ke Pak Ganjar, tetapi tidak sekontra ke Pak Anies," ucap Dody.
Dody melihat emosi Prabowo yang meledak terkadang coba dinetralisasi oleh dirinya sendiri dengan "bergoyang" gemoy yang menyerupai silat. "Pak Prabowo juga agak sulit menyampaikan hal yang rinci itu juga menjadi tantangan tersendiri," jelas Dody.
Ihwal performa Ganjar, Dody menyebut eks Gubernur Jawa Tengah itu terlihat lebih tenang dan tidak ambisius menguasai jalannnya debat. Sayangnya, Ganjar seringkali mengeluarkan pernyataan normatif dan kurang efektif menghabiskan waktu yang diberikan KPU untuk menyampaikan gagasan.
"Dia (PDI-P) masih ada di pemerintah. Jadi, mungkin (Ganjar) terlihat hati-hati. Tapi, (performanya) cukup signifikan ketika dia menanyakan ke calon nomor 1 (Anies) soal IKN (ibu kota Nusantara). Apakah akan dilanjutkan atau tidak? Ada juga beberapa program lain pemerintahan Pak Jokowi yang disinggung," kata Dody.
Ganjar juga seringkali memperlihatkan raut wajah yang kurang puas ketika jawaban calon lain tak sesuai ekspektasi. Di lain momen, Ganjar juga tampak bingung menyikapi jawaban dari capres lain yang keluar dari konteks.
"Misalnya, menanyakan ke calon lain, terus jawabannya di luar konteks itu, dia sangat kurang puas. Mungkin karena merasa yang ditanya itu tidak paham. Itu membuat wajah Ganjar kencang. Ketika pihak lawan menjawabnya di luar konteks, dia juga agak bingung di situ," jelas Dody.
Ganjar juga sempat memperlihatkan raut muka terkejut ketika Prabowo bertanya soal kelangkaan pupuk di Jawa Tengah. Isu itu tak ada atau jauh kaitannya dengan topik debat, yakni pemerintahan, hukum, hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, penanganan disinformasi, peningkatan layanan publik, serta kerukunan warga.
"Waktu yang masih panjang, dia potong. Padahal, masih ada sisa 10 detik itu. Tapi, dia tidak mau melanjutkan pembicaraan lebih lanjut. Soal pertanyaan Prabowo soal pupuk itu juga dia terlihat agak malas menjawab. Dia sempat bilang (ke Prabowo), 'Bapak tidak paham di lapangan, padahal Bapak pernah menjadi Ketua HKTI'," ucap Dody.
Pakar gestur dan mikroekspresi dari Universitas Indonesia (UI) Monica Kumalasari menilai Prabowo jadi kandidat yang tampil paling emosional di debat perdana Pilpres 2024. Emosi Prabowo, misalnya, terpantik saat menanggapi pertanyaan Anies mengenai perasaannya terhadap skandal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023.
“Sebagai contoh, Prabowo menggunakan suara bawah untuk merespons ketika Anies menanyakan perihal perasaannya terhadap putusan MK. Beliau mengatakan ‘Mas Anies... Mas Anies...' Juga dengan respons suara ke Ganjar ‘Come on, Mas Ganjar!’ Kemudian, ‘Sorry ye... Sorry ye...’ Hal ini mengindikasikan keterlibatan emosi kemarahan yang dalam,” jelas Monica seperti dikutip dari Antara.
Kecemasan juga terasa saat Prabowo menjawab pertanyaan Ganjar soal perlu atau tidaknya pengadilan HAM dibuat untuk menuntaskan kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu dan permintaan agar Prabowo membantu mencarikan kuburan 13 aktivis mahasiswa yang hilang pada 1998.
“Walaupun secara verbal ditanggapi Prabowo dengan santai dan taktis, namun bahasa non verbalnya mengungkapkan kecemasan. Terlihat ia mengusap wajah dengan tisue dalam konteks bahasan ini,” ujar Monica.
Monica juga menyinggung joget “gemoy” Prabowo yang kerap muncul secara spontan di sela-sela adu gagasan. Menurut dia, aksi menari-nari kecil itu dilakukan Prabowo sebagai mekanisme untuk menjaga emosinya tak meledak-ledak.