Eks Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil (RK) alias Kang Emil akhirnya memilih Pilgub DKI Jakarta sebagai gelanggang politik teranyarnya. Kepastian itu diungkap sejumlah elite politik di Koalisi Indonesia Maju (KIM), termasuk di antaranya Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
"Ridwan Kamil on the way to DKI," ujar Airlangga kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (5/7).
Pernyataan Airlangga seturut dengan yang diungkap Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad. Dasco menyebut KIM bersama sejumlah parpol di luar KIM telah sepakat mengusung RK di Pilgub DKI Jakarta.
Hengkangnya RK dari Pilgub Jabar membuka jalan bagi politikus Gerindra Dedi Mulyadi untuk menang mudah. Sejumlah survei menempatkan Dedi sebagai kandidat terkuat Gubernur Jabar setelah RK.
Survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis Juli lalu, misalnya, menunjukkan elektabilitas Dedi dan RK terpaut tak jauh. Dalam simulasi terbuka, RK mengantongi 16%, sedangkan Dedi mengoleksi 11,2%. Elektabilitas kandidat lainnya kurang dari 1%.
Analis politik dari Universitas Indonesia Cecep Hidayat menilai pencalonan RK di Jakarta mengubah peta politik Pilgub Jabar. Menurut Cecep, akan banyak tokoh yang berani mencalonkan diri sebagai kandidat setelah RK absen.
"Dengan dia bergeser ke Jakarta, maka hasil polling dari beberapa lembaga survei membuat Dedi naik menggantikan Ridwan Kamil. Jadi, Dedi punya peluang yang relatif besar," ucap Cecep kepada Alinea.id, Senin (5/8).
Cecep mencontohkan nama Ilham Habibie yang sudah dideklarasikan NasDem, Ono Surono dari PDI-Perjuangan, dan Haru Suandharu dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Menurut dia, sosok-sosok itu masih punya peluang menggoyang dominasi Dedi asalkan menjalankan strategi kampanye yang efektif.
"Dedi Mulyadi tampak punya peluang menang, tetapi kandidat lain juga peluangnya menjadi lebih terbuka. Bisa jadi pemilih RK itu lari ke calon lain selain Dedi," ucap Cecep.
Kepala Pusat Studi Komunikasi, Media, dan Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Kunto Adi Wibowo sepakat pencalonan RK di Jakarta bikin kompetisi antar calon di Pilgub Jabar semakin sengit. Ia memprediksi bakal banyak calon yang berani maju jika lawannya hanya Dedi Mulyadi.
"Syaratnya di Jabar 24 kursi DPRD. Kalau pertarungan semakin terbuka, sebenarnya enggak karena kandidat tetap harus punya elektabilitas yang tinggi. Agak susah mengejarnya (Dedi) dalam waktu yang sangat singkat," ucap Kunto kepada Alinea.id, Senin (5/8).
Menurut Kunto, Dedi masih punya kelemahan yang bisa dieksploitasi. Ia mencontohkan kecondongan Dedi sebagai sosok yang kuat merepresentasikan keyakinan lokal Sunda. Dedi bakal kesulitan jika harus berhadapan dengan calon dari PKS yang merepresentasikan Islam mayoritas di Jabar.
"Dan itu (isu agama) sangat mungkin akan jadi komoditas dalam pilgub ke depan untuk Dedi Mulyadi. Figur lainnya sangat mungkin (diusung) Ilham Habibie. Dia sudah deklarasi dari Nasdem tinggal koalisi dengan siapa," ucap Kunto.
Di lain sisi, sosok-sosok itu juga bisa saja tak punya tiket untuk maju. Skenario itu mungkin terwujud jika KIM sukses menyapu bersih seua parpol penghuni DPRD Jabar, terkecuali PDI-P. Hanya mengoleksi 17 kursi, PDI-P tak bisa mencalonkan kandidat sendirian.
"Jadi Ilham Habibie bisa enggak jadi maju, dan Ono Surono enggak cukup koalisinya. Kemudian PKS juga bisa malah merapat ke KIM Plus. Jadi, menurut saya, meski tokoh-tokoh ini potensial dan punya peluang jadi Gubernur Jabar, kita terbelenggu pada permainan elite partai," ucap Kunto.