Setelah setahun terakhir gencar deklarasi, organisasi masyarakat atau ormas Gerakan Arah Baru Indonesia atau Garbi santer dikabarkan bakal bertransformasi menjadi partai politik (parpol).
Wakil Ketua DPR sekaligus salah satu pendiri dari Garbi Fahri Hamzah mengaku sedang mempersiapkan Garbi menjadi parpol. Fahri bilang, keinginan menjadi parpol berasal dari aspirasi kader di daerah seluruh Indonesia.
Semangatnya, kata mantan kader PKS ini adalah meneruskan Garbi menjadi gerakan politik berbentuk sebuah parpol. Soal waktu, Fahri belum secara pasti menyebut kapan deklarasi menjadi parpol akan berlangsung.
Hanya saja ia optimis masyarakat Indonesia akan berminat atas partai besutan Anis Matta ini. Alasannya soal ideologi yang ditawarkan Garbi yakni gagasan menghadapi persoalan dan menyelesaikan persoalan bangsa.
Fahri mengklaim gagasan tersebut jauh lebih produktif dan menarik dibandingkan parpol lain. Sebab yang ditawarkan Garbi adalah pandangan yang lebih komprehensif tentang cara melihat Indonesia dari masa ke masa. Maka basis konstituennya lebih luas dengan tidak terpaku pada politik aliran tradisional.
Menanggapi soal ekspansi Garbi menjadi parpol, rekan sejawat Fahri yakni Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera pesimis. Meski mempersilahkan Garbi menjadi parpol, namun ia menilai menjadi partai bukan hal mudah.
"Kalau Garbi mau bikin partai, monggo saja. Welcome to the jungle. Tapi, pesannya bikin partai itu berat, biar kami saja," ujar Mardani saat ditemui di ruang kerjanya di DPR, Kamis (11/7).
Mardani juga berjanji PKS tidak akan menjadikan ini Garbi sebagai musuh, tapi sebagai mitra. Pun bila Garbi nanti melabelkan sebagai Partai Islam atau berlatar belakang sama seperti PKS, Mardani tidak masalah dengan catatan Garbi tidak mengambil pengurus PKS di daerah.
"Kalau mereka mau buat (partai) monggo. Tapi kalau mau mengambil pengurus PKS, PKS punya mekanisme pertahanan diri. Pilih yang lain saja yang sudah bagus," cetus Mardani.
Punya kesempatan
Pengamat Politik Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah menilai sulit bagi Garbi mengambil ceruk yang disasar. Apalagi bila yang menjadi sasarannya hanya Islam, meskipun penggeraknya punya modal sosial yakni sebagai politisi yang terhitung bersih dari PKS.
Artinya, pemilih Garbi kemungkinan berasal dari lingkaran PKS. Alasannya, Fahri dan Anis disebut memang mempunyai basis loyalis cukup besar di PKS dan bisa memengaruhi migrasi kader.
Apalagi Garbi berbasis religius reformis, lalu Islam yang disasar merupakan Islam lunak. Maksudnya, perpaduan antara nasionalis dan radikalis.
Jadi, ceruk suara yang didapat dari Garbi lebih berasal dari parpol berbasis Islam yang saat ini eksis. Sisanya dari kalangan yang tidak terlalu fanatik pada Parpol.
Meski begitu tetap ada peluang Garbi menjadi parpol besar. Sebab kondisi politik lima tahun mendatang sangat mungkin berubah.
"Misalnya ambang batas parlemen hilang lalu adanya evaluasi pemilu yang telah berlangsung. Apabila sistem pemilu lebih terbuka tentu Garbi punya kesempatan," tutur Dedi.
Menghadapi hal ini, Dedi mengatakan PKS harus kerja keras menjaga kadernya. Sebab dengan sistem kaderisasi seperti PKS tidak ada jaminan tidak terpengaruh dari kondisi di luar partai.
Saran Dedi demi mempertahankan kader, PKS mesti memperkuat ukhuwah politik internal. Cara itu, dapat menambah suara loyal dari luar partai.