Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengintensifkan komunikasi dengan jajaran Partai Gerindra terkait dengan penentuan calon wakil presiden, pendamping Prabowo Subianto pada pilpres 2019.
Komunikasi politik PKS ini sekaligus menampik tudingan yang menyebut PKS akan lompat pagar. Sebelumnya PKS lewat Ketua DPP Mardani Ali Sera menyiratkan, tak menutup kemungkinan berpindah haluan. Di parlemen, ia menuturkan, wajar jika partainya meminta agar ada nama yang dipilih dari sembilan kandidat yang diajukan PKS. Mengingat mereka memiliki hak mengajukan nama calon, baik capres maupun cawapres.
"Semuanya sharing tiket, karena itu setiap partai punya hak mengajukan calon kadernya, baik sebagai capres atau cawapres," kata Mardani, dilansir Antara.
Oleh karena itu penjajakan komunikasi yang intensif kembali dilakukan dengan jajaran pengurus Gerindra. Ia berharap Prabowo segera memutuskan cawapres pendampingnya. Sebab setelah putusan, maka penyusunan strategi politik, imbuhnya, akan terasa lebih mudah.
Terkait dengan cawapres ini, PKS melalui Majelis Syuro telah mengajukan sembilan nama kader yang merupakan hasil penyaringan dalam musyawarah nasional beberapa waktu lalu. Dari sembilan nama cawapres yang diajukan kepada partai politik yang menjadi mitra koalisi dengan PKS, Ahmad Heryawan menduduki posisi pertama calon yang diunggulkan.
Ihwal relasi dua partai, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menuturkan, komunikasi dan diskursus cawapres semacam ini adalah hal biasa. Terlebih menurutnya, PKS telah terbiasa menggelar komunikasi intensif dengan mantan menantu Soeharto tersebut.
Karena terlalu sering berkomunikasi, imbuhnya, Prabowo kerap menyebut PKS sebagai sekutunya. Bahkan belakangan tak sekadar sekutu, partainya merasa setara dengan Gerindra.
Selain dengan Prabowo, PKS juga terus menjalin silaturahmi dengan sejumlah tokoh nasional dalam konteks demokrasi. Menurutnya politik silaturahmi adalah kewajaran dan hal biasa. Termasuk saat Gatot Nurmantyo ingin berkunjung ke PKS, ia mengaku partainya sangat terbuka.