close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Anggota Komisi VII DPR asal Fraksi PKS, Mulyanto. Dokumentasi DPR
icon caption
Anggota Komisi VII DPR asal Fraksi PKS, Mulyanto. Dokumentasi DPR
Politik
Kamis, 28 April 2022 13:46

PKS nilai pemerintah mencla-mencle soal pelarangan ekspor migor

PKS mengkritisi pelarangan ekspor migor dan menyebut biang keladinya ada di Kementerian Perindustrian.  
swipe

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto mengkritisi kebijakan pelarangan eskpor untuk semua bahan baku minyak goreng. Dia menila,i pemerintah tidak fokus dan tidak berhasil mengidentifikasi akar masalah sebenarnya. Sehingga dalam pelaksanaannya kebijakan yang dibuat terkesan mencla-mencle. 

"Dua hari lalu pemerintah, melalui Presiden Joko Widodo (Jokowi), melarang ekspor CPO (crude palm oil). Kemarin, Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto), meralat membolehkan ekspor CPO. Hari ini resmi terbit Permendag Nomor 22/2022 yang melarang ekspor CPO dan seluruh turunannya. Bila demikian cara membuat kebijakannya maka yang dirugikan adalah masyarakat kecil, dalam hal ini petani dan konsumen migor," ujar Mulyanto kepada Alinea.id, Kamis (28/4).

Mulyanto melihat, kebijakan pemerintah ini terlalu melebar kemana-mana. Padahal, menurutnya biang keladi soal migor curah ini ada di Kementerian Perindustrian (Kemenperin).  

Politisi PKS ini menyebut, akar masalah harga migor curah yang tidak mencapai harga eceran tertinggi (HET) adalah karena produsen migor tidak memproduksinya sesuai dengan kuota komitmen mereka. Sehingga, pasokan migor curah hanya setengah dari kebutuhan harian 8.000 ton per hari. 

Apalagi di bulan Ramadan, di mana kebutuhan migor diperkirakan meningkat. Padahal harga HET sebesar Rp14.000 per liter tersebut sudah disubsidi pemerintah, sehingga tidak merugikan produsen.

"Memang terlihat janggal. Untuk produksi migor kemasan, yang tata niaganya murni berdasarkan mekanisme pasar, pasokan migor ini lancar-lancar saja. Sementara pasokan migor curah masih langka, sehingga harganya masih jauh di atas HET," tukas Mulyanto. 

Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasiona (PIHPS) per hari ini menunjukkan bahwa rata-rata nasional harga migor curah masih bertengger di angka Rp19.700 per kg. Jauh di atas HET Rp15.500 per kg.  

"Jadi jelas soalnya bukan pada ketersediaan bahan baku migor. Bahan baku melimpah.  Buktinya untuk migor kemasan aman-aman saja," ungkap politikus PKS ini. 

Mulyanto menengarai bahwa persoalan sebearnya terletak pada keserakahan produsen migor ini. Negara dinilai mandul untuk memaksa industri memproduksi migor curah. 

"Masak negara kalah oleh pasar," tegas politisi yang akrab disapa Pak Mul ini

"Soal ini yang patut dipertanyakan dan didalami pemerintah, apakah penyebabnya adalah verifikasi dan pembayaran dana subsidinya yang tidak lancar, atau karena masalah lain," imbuhnya. 

Di sisi lain, kebijakan pelarangan ekspor migor dan bahan baku migor, ternyata langsung menuai efek negatif berupa merosotnya harga tandan buah segar (TBS) sawit di tingkat petani rakyat. Padahal, harga migor curah masih belum turun. Jadi, menurut Mulyanto, akhirnya yang langsung menderita kerugian adalah petani sawit.

img
Marselinus Gual
Reporter
img
Hermansah
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan