Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu menyurati Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait penghinaan kepada Nabi Muhammad. PKS, lanjut Syaikhu, tidak bisa diam atas pernyataan Macron sebagai tanda bukti cinta kepada Nabi Muhammad.
"Saya atas nama Presiden PKS secara resmi kemarin menulis surat kepada Presiden Emmanuel Macron, dan pada hari Jumat kemarin sudah disampaikan surat itu melalui Duta Besar Prancis di Jakarta," ujar Syaikhu dalam keterangannya, Senin (2/11).
PKS, sanjut dia, mengecam dan mengutuk keras sikap Macron karena dinilai provokatif dan tidak sesuai dengan nilai fundamental dan demokrasi serta penghormatan terhadap keberagamaan.
"Saat kita mencintai seseorang maka tak akan pernah rela jika ada seseorang yang kita cintai dihinakan dan dinistakan," ucap Syaikhu.
Sebelumnya, PKS juga merespons positif pernyataan Presiden Jokowi yang mengecam Macron. PKS menilai Presiden telah menangkap keresahan umat Islam yang dipicu pernyataan Macron.
"Kami apresiasi sikap Pak Jokowi yang sensitif membaca keresahan masyarakat Indonesia," ujar Jubir PKS Pipin Sopian, Sabtu (31/10).
"Sebagai Presiden dari negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia, sudah selayaknya beliau suarakan kemarahan umat Islam Indonesia," imbuhnya.
Dia berharap presiden Jokowi juga sensitif mendengarkan aspirasi masyarakat di dalam negeri, seperti penolakan terhadap Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker).
"Semoga di berbagai permasalahan dalam negeri Presiden Jokowi juga bisa lebih sensitif, termasuk mendengarkan aspirasi mayoritas masyarakat Indonesia dengan mengeluarkan Perppu yang mencabut UU Cipta Kerja," ujarnya.
Macron memang tengah menjadi sorotan dunia setelah secara terbuka membela kartun Nabi Muhammad, yang dianggap sebagai penghujatan dalam Islam.
Melansir CNN, dia membuat pernyataan itu pekan lalu sebagai penghormatan kepada guru sekolah menengah, Samuel Paty, yang kepalanya dipenggal dalam serangan teror di pinggiran utara Paris, awal Oktober 2020. Paty dibunuh setelah menunjukkan kartun nabi di kelas tentang kebebasan berekspresi.
Presiden Macron menegaskan, Prancis tidak akan menghapus karikatur dan berjanji mengatasi Islamisme ekstrem di negaranya. Pernyataannya itu lantas memicu demonstrasi dan boikot di negara-negara mayoritas muslim.