Politikus Partai Demokrasi Indoensia Perjuangan (PDIP), Ribka Tjiptaning, membela mantan Menteri Kesehatan (Menkes), Terawan Agus Putranto, karena dipecat sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Baginya, pemecatan tersebut tidak berdasar bahkan dianggap politis.
"Karena apa? Kalau dari sisi dokter, kesalahan dia (Terawan) dari sisi dokter hampir tidak ada," katanya dalam keterangannya, Senin (28/3).
Ribka menilai, nuansa politis IDI sebagai organisasi profesi bisa saja ditarik oleh kelompok tertentu dalam rangka menuju Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
"Sekarang ini, kan, ada kongres, munas apalah itu. Suasananya menuju 2024. Karena ini ada pergantian presiden, kita tahu semua organisasi. Itulah penilaian saya soal pemecatan dr. Terawan sebagai orang yang top sebetulnya," paparnya.
"Saya sendiri sebagai dokter, ada di belakang Pak Terawan. Terus maju, Pak Terawan," imbuhnya.
Menurut Ribka, metode cuci otak digital subtraction angiography (DSA) yang dikembangkan Terawan sempat dipersoalkan IDI karena belum ada uji klinis di Indonesia. Namun, baginya, tidak ada kesalahan dalam metode tersebut.
"Pak Terawan dalam menjalankan DSA itu tidak pernah ada korban. Dari tingkat pejabat sampai rakyat biasa, dilakukan dengan baik-baik," ujar anggota Komisi X DPR ini.
Ribka berpendapat, banyak juga oknum dokter yang melakukan malapraktik. Namun, tidak pernah dipersoalkan lantaran kuatnya ikatan antarteman sejawat.
"Bahkan, masih banyak korbannya, pasien atau masyarakat, karena pembelaan MK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) karena ikatan teman sejawat itu seperti teman kandung," tudingnya.
Yang lebih mengherankan, lanjut Ribka, IDI mempersoalkan vaksin nusantara yang sedang dikembangkan Terawan. Baginya, Terawan mestinya diapresiasi karena memiliki jiwa nasionalisme tinggi dengan mengembangkan vaksin dalam negeri.
"Soal vaksin nusantara, saya rasa, itu, kan, malah yang bagus ketika Republik ini impor vaksin dari China, Pak Terawan jiwa nasionalismenya tinggi, dia tetap percaya Indonesia bisa menciptakan vaksin sendiri, vaksin nusantara," tuturnya.