Persaingan pemilihan gubernur (pilgub) Jawa Timur kian memanas. Tingkat kesukaan pada calon gubernur berdasarkan survei Indobarometer pun semakin rapat, Gus Ipul 87,9% sedang Khofifah 87,5%.
Khofifah disukai warga karena dianggap dekat dengan rakyat (14,4%), berjiwa sosial dan dermawan (10,1%). Sementara sebanyak 17,1% warga mengaku Gus Ipul adalah sosok yang merakyat dan berpengalaman (8,2%).
Direktur Eksekutif Indo Barometer Mohammad Qodari mengatakan, Khofifah memiliki afiliasi yang kuat dengan ormas muslim perempuan di Jawa Timur, sehingga akan terjadi pertarungan yang kuat antara dua basis Nahdatul Ulama (NU), Muslimat NU dan Anshor.
Pendukung Khofifah juga dikenal lebih militan di lapangan dibandingkan lawan politiknya, apalagi politisi PKB itu didukung mayoritas perempuan. Hal ini makin dilegitimasi dengan posisinya sebagai calon berjenis kelamin perempuan, sehingga diklaim jadi modal baik untuk penetrasi ke konstituen perempuan.
Meskipun klaim ini masih debatable, jika melihat sejarah politik di Indonesia. Misalnya saat pertarungan SBY versus Megawati Soekarno Putri, di mana suara perempuan lebih dominan mengarah pada SBY. Namun menurutnya, Khofifah bisa memaksimalkan potensi tersebut, sehingga suara perempuan bisa digiring padanya.
Sementara itu, Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI Perjuangan Bambang Dwi Hartono mengatakan dirinya tidak mau berandai-andai. Kendati Gus Ipul berdasarkan survei Indo Barometer unggul dibanding rivalnya, namun ia mengaku tetap waspada. Mengingat selisih angka keduanya terbilang kecil. Sedang dalam politik praktis, manuver sekecil apapun di injury time bisa sangat mempengaruhi elektabilitas seseorang.
Namun ia bersyukur, tren di Jawa Timur terbaca, warga lebih senang melihat figur berpengalaman, alih-alih karena sama jenis kelamin atau "jualan" visi misinya bagus. Para pemilih di Jawa Timur umumnya sudah teredukasi sehingga akan berhati-hati saat menjatuhkan pilihan.
“Dan Alhamdulilah terpotret. Pertama masyarakat Jatim menempatkan pengalaman sebagai alasan utama. Fakta berikutnya, dari dua pasangan ini yang berpengalaman adalah Gus Ipul,” jelasnya dalam diskusi Dinamika Politik dan Proyeksi Pilkada Jawa Timur.
Meskipun begitu, pihaknya juga merasa belum puas, karena kedua paslon hanya selisih 6%, sehingga posisi Gus Ipul dinilai belum aman. Terlebih banyak hal yang bisa digali untuk mendongkrak elektabiltas Gus Ipul-Puti. Selain menggenjot kinerja partai pendukung, sosok Puti juga ia nilai punya potensi untuk dikembangkan jadi peningkatan nilai tawar.