Pascatertangkapnya Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan, Muhammad Romahurmuziy oleh KPK atas kasus korupsi jual beli jabatan di Kementerian Agama, kader PPP kubu Djan Faridz diklaim merapat untuk kembali menyelamatkan partai berlambang Kakbah itu agar lolos dari ambang batas parlemen atau parliamentary threshold 4%.
“Beberapa teman kemarin berada di kubu Pak Djan Faridz sekarang mulai berpikir untuk bareng-bareng menata PPP. Saya tak tahu apakah karena dulu mereka berhadapan dengan Mas Romy atau bagaimana. Sekarang Mas Romy tidak lagi berada di PPP, mereka punya pemikiran yang lain untuk bareng-bareng membesarkan PPP,” kata Wakil Ketua Umum PPP, Arwani Thomafi, di Jakarta pada Selasa, (19/3).
Tak hanya itu, Arwani lebih lanjut mengatakan, setelah diambil keputusan bahwa Suharso Monoarfa resmi menggantikan Romahurmuziy sebagai Ketua Umum PPP, pihaknya bakal mengerahkan para kader PPP di akar rumput untuk mengamankan suara PPP.
“Tertangkapnya Romy ternyata membuat para kader PPP di akar rumput mulai dari alim ulama, para tokoh, kader, bahkan santri turun gunung untuk mengamankan suara PPP di daerah masing-masing, agar tidak merosot pada 17 April 2019 nanti,” ujar Arwani.
Peneliti Politik Para Syndicate, Arief Nurcahyo, mengatakan dengan terseretnya Romy ke dalam kasus hukum dapat membuka peluang bersatunya kekuatan PPP, yang sampai saat ini masih terpecah menjadi dua kubu yakni kubu Romy dan Djan Faridz.
"Bisa saja dengan tertangkapnya Romy justru bisa menguatkan PPP kubu-kubu yang dulu berlawanan itu untuk melakukan konsolidasi. Jadi, selama ini kan soliditas partai ini masih bermasalah, jadi bisa saja kasus Mas Romy itu bisa menguatkan PPP," kata Arief.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Ekstekutif Indonesia Public Institute, Karyono Wibowo, menilai kasus yang membelit Romy sedikit banyak akan memengaruhi citra PPP di akhir sisa masa kampanye Pemilu 2019. Pasalnya, kader PPP yang tersangkut korupsi mengemban sebagai pimpinan partai.
"Ini efekya lebih ke Romy secara pribadi dan juga lebih ke PPP. Ini akan berpengaruh ke PPP karena Mas Romi sebagai Ketua Umum PPP," kata Karyono.
Namun demikian, Karyono menilai, kasus yang menjerat Romy ini tak akan berpengaruh terhadap elektabilitas calon presiden dan wakil presiden Jokowi-Ma'ruf Amin. Sebab jika dilihat dari polanya, kasus yang membelit mitra koalisi tak akan berpengaruh banyak terhadap pasangan calon.
"Contohnya kasus Setya Novanto itu apakah membuat suara Golkar jatuh? kan tidak juga, dan kasus Setnov pun tidak berefek kepada elektabilitas Jokowi. Kemudian kasus Taufik Kurniawan dari PAN apakah itu memengaruhi elektabilitas dari Prabowo-Sandi? Tidak juga," ujar Karyono.