Calon Presiden RI dari nomor 02, Prabowo Subianto, mengkritisi nilai rasio pajak Indonesia yang masih rendah dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara. Hal tersebut diungkapkan Prabowo berdasarkan data Bank Dunia tahun 2016. Dari data tersebut, tingkat rasio pajak Indonesia menempati urutan ke-112 dari 124 negara.
Prabowo mengatakan, rasio pajak Indonesia baru mencapai 10,3%. Capaian itu disebut Prabowo masih terbilang kecil. Ia pun membandingkan dengan rasio pajak di era pemerintahan Soeharto. Menurutnya, meski pemerintahan Soeharto otoriter, namun bisa memperoleh rasio pajak sampai 16%.
“Angka rasio pajak Indonesia yang masih sekitar 10,3% masih kalah dengan salah satu negara di Afrika yaitu Zambia yang bisa mencapai 18%. Mungkin kita perlu belajar dari mereka,” kata Prabowo dalam Indonesia Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (21/11).
Prabowo mengatakan, di kawasan Asia Tenggara Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara seperti Thailand yang berada di peringkat 66. Kemudian disusul Mayalsia 86, Singapura 87, dan Filipina 88.
Padahal, kata dia, Indonesia memiliki potensi pajak sampai 18% sampai 20%. Jika Indonesia tidak bisa melampaui rasio pajak hingga 16%, Prabowo mengatakan ada potensi kehilangan penerimaan pajak sebesar US$60 miliar.
Bagi Prabowo, meningkatkan rasio pajak bukan perkara sulit karena pada zaman Orde Baru, pemerintah mampu meningkatkan rasio pajak mencapai 40% samapi 60%. Dengan demikian, ia mengingatkan penting bagi pemerintah untuk memperluas basis penerimaan pajak, dan memperbaiki manajemen buruk dalam mengelola perekonomian.
Prabowo mengibaratkan kondisi ekonomi seperti kondisi tubuh manusia. Untuk menjaga kesehatan tubuh, masyarakat harus bergaya hidup sehat. Artinya, jika ingin mengetahui kesehatan negara, harus di cek terlebih dahulu semua indikatornya. Indikator-indikator itu kemudian dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura, Vietnam dan negara lainnya.
“Jika sistemnya memiliki gangguan, tubuh butuh intervensi. Ada medical check up, cek darah (dan lain sebagainya). Tim riset saya telah berbicara dengan para pakar dari Bank Dunia," kata Prabowo.
"Mereka mengatakan, Indonesia punya kapasitas untuk meningkatkan rasio pajak hingga 18%, dan Bank Dunia pun bersedia membantu dalam mencapai tujuan itu."