Ribuan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) di Ciputat, berteriak histeris saat bakal calon presiden Sandiaga Salahuddin Uno dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, hadir dalam acara UKM Expo di universitas itu, Rabu (29/8).
Teriakan histeris mahasiswa dan mahasiswi, semakin menjadi saat Sandiaga yang merupakan Bendahara Badan Pembina Harian Umum Kampus UMJ, menyampaikan sambutannya di panggung.
Antusiasme para mahasiswa juga tak surut saat Zulkifli Hasan menyampaikan sambutannya. Ketua MPR RI bahkan memanfaatkannya dengan memberi pancingan politis pada para mahasiswa yang hadir.
"Sekarang kita memiliki dua pilihan untuk pilpres, mau ganti Presiden atau lanjutkan dua periode? Kalau disuruh memilih, apakah mau lanjut atau ganti?" kata Zulkifli.
"Gantiiii," jawab para mahasiswa serentak.
Meski menampik tindakannya sebagai sebuah kampanye, Zulkifli menuai kritik atas sikapnya tersebut. Pertanyaan pancingan politisi yang kerap disapa Zulhas itu dianggap kurang etis, terlebih dilakukan dalam sebuah institusi pendidikan.
Direktur relawan Joko Widodo-Maruf Maman Imanul Haq, menilai hal tersebut kurang elok dilakukan oleh salah satu tokoh penting dalam institusi negara. Menurutnya, seharusnya para mahasiswa diberikan pemahaman mengenai kebangsaan dan bagaimana cara memilih calon pemimpin.
“Kalau saya melihat #2019GantiPresiden tetap sebuah aksi yang tidak cerdas untuk melakukan edukasi politik. Seharusnya tokoh publik seperti Pak Zulhas, lebih mengajarkan sistem kenegaraan kita,” ujarnya di bilangan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/8).
Anggota Dewan Syuro PKB ini menjelaskan, perang ide lebih dibutuhkan dalam kontestasi politik, ketimbang hanya sekadar gerakan tanda pagar (tagar) seperti #2019GantiPresiden. Ia juga menilai, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) seharusnya lebih menekankan mana yang termasuk dalam kategori mencuri start kampanye dan mana yang tidak.
Organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan NU, Maman melanjutkan, juga seharusnya menjaga sikap independen dalam Pilpres 2019. Ormas-ormas semacam itu, juga Majelis Ulama Indonesia (MUI), seharusnya menjalankan peran untuk menjaga kedamaian saat Pilpres, karena dikhawatirkan masih adanya isu sara yang berkembang.
“MUI harus benar-benar memperjuangkan spirit islam yang transformatif dan pro pada perdamaian,” kata Maman.
Meskipun Maruf Amin merupakan sosok pemimpin MUI, namun ia meyakinkan alasan dipilihnya Ma’ruf terlepas dari jabatannya itu, dan juga dari organisasi islam lainnya. Ia juga menampik adanya alasan untuk mengamankan suara umat islam yang akan diperoleh Jokowi, jika berdampingan dengan sosok Maruf.