close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri berfoto bersama jajaran pengurus baru DPP PDI-P, termasuk di antaranya Ganjar Pranowo dan Basuki Tjahaja Purnama, di sekolah PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Juli 2024. /Foto Instagram @ganjar_pranowo
icon caption
Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri berfoto bersama jajaran pengurus baru DPP PDI-P, termasuk di antaranya Ganjar Pranowo dan Basuki Tjahaja Purnama, di sekolah PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Juli 2024. /Foto Instagram @ganjar_pranowo
Politik
Senin, 08 Juli 2024 13:02

Saat Ganjar dan Ahok "nongkrong" di jajaran DPP PDI-P

Ada tujuan Megawati mengangkat Ganjar dan Ahok sebagai Ketua DPP PDI-Perjuangan?
swipe

Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri melantik Ganjar Pranowo dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi pengurus DPP PDI-P untuk masa bakti 2024-2025. Pelantikan para pengurus anyar digelar di sekolah partai PDI-P, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (5/7). 

Ganjar didapuk Megawati menjadi Ketua DPP PDI-P Bidang Pemerintahan dan Otonomi Daerah, sedangkan Ahok diangkat sebagai Ketua DPP Bidang Perekonomian. Sebelumnya, Ganjar dan Ahok tidak punya jabatan di struktural PDI-P. 

Saat ini, keduanya juga tak punya lagi "pekerjaan". Ahok mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Komisaris Utama PT Pertamina jelang pencoblosan Pilpres 2024. Adapun Ganjar purna tugas sebagai Gubernur Jawa Tengah pada 2023. 

Analis politik dari Universitas Airlangga (Unair) Airlangga Pribadi Kusman memandang pengangkatan Ganjar dan Ahok sebagai Ketua DPP PDI-P merupakan strategi Megawati untuk merawat elektabilitas kader unggulannya. Ganjar dan Ahok juga dianggap bisa meningkatkan pamor PDI-P di mata publik yang babak belur pada Pilpres 2024.

"Dengan jabatan ini, mereka dalam sorotan publik dan memiliki peran-peran signifikan. Bukan hanya dari sisi elektabilitas, tapi dari sisi kapasitas. Ganjar itu memiliki pengalaman sebagai gubernur dan paham soal otonomi daerah," jelas Airlangga kepada Alinea.id, belum lama ini. 

Ahok juga demikian. Pada isu-isu terkait ekonomi, Airlangga menilai Ahok memiliki kapasitas yang cukup mumpuni karena punya pengalaman jadi pengusaha dan komisaris BUMN. 

"Isu otonomi dan ekonomi ini seksi dan krusial. Selain itu, kita menghadapi persoalan ancaman atau krisis sehingga memerlukan orang yang tidak hanya paham teori, tapi memahami langkah apa yang harus diambil," kata Airlangga.

Menurut Airlangga, bukan tidak mungkin kedua kader PDI-P itu dianggap sebagai aset partai yang potensial diorbitkan pada Pilpres 2029. Di sisi lain, PDI-P juga sedang berusaha membuktikan bila pola kaderisasi dan rekruitmen kepemimpinan tidak melulu harus mengandalkan posisi di ranah legislatif dan eksekutif. 

"Dengan strategi ini, bukan hanya pamor figur yang terangkat. Seiring dengan kontribusi mereka dalam tampil di publik, partai juga akan terdongkrak pamornya," ucap Airlangga. 

Pakar politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak sepakat pengangkatan Ganjar dan Ahok sebagai pengurus DPP PDI-P punya makna strategis. PDI-P berniat menghidupkan kembali "kartu politik" Ganjar dan Ahok pasca-Pilpres 2024. 

Di lain sisi, menurut Zaki, PDI-P perlu mengamankan situasi internal partai menjelang Kongres PDI-P pada 2025. Terlebih, muncul isu Megawati bakal melepas jabatannya sebagai ketua umum pada kongres tersebut.

"Masuknya Ganjar dan Ahok diharapkan memberikan tambahan energi bagi PDI-P yang saat ini lagi down dengan perolehan suaranya yang turun signifikan pada Pileg 2024 lalu meskipun masih menjadi pemenang. Bagaimanapun, Ganjar dan Ahok memiliki konstituen dan pendukung yang militan," kata Zaki kepada Alinea.id, Jumat (5/7).

Ganjar dan Ahok, lanjut Zaki, diharapkan bisa menggerakkan mesin partai secara dinamis. Bukan tidak mungkin salah satu di atara keduanya menggantikan posisi Hasto Kristiyanto sebagai Sekjen PDI-P. Apalagi, Hasto sedang bermasalah dengan hukum. 

"Sebagai ketua DPP, keduanya mendapatkan akses yang luas baik kepada akar rumput PDI-P maupun jajaran elite parpol. Ini menjadi sangat strategis sebagai modal politik ke depannya. Jika Ganjar dan Ahok kinerjanya bagus, bukan tidak keduanya diproyeksikan untuk mengisi kepemimpinan nasional pada 2029 nanti," jelas Zaki. 

Khusus untuk Ahok, Zaki menyarankan penyempurnaan gaya komunikasi. Menurut dia, banyak gagasan progesif Ahok yang tidak disambut baik oleh publik karena gaya komunikasinya sangat buruk. "Perlu ada perubahan jika Ahok ingin terus survive di kancah politik," imbuh dia. 

Analis politik dari Universitas Lampung Darmawan Purba menilai Megawati menempatkan Ganjar dan Ahok sebagai konduktor isu-isu perlawanan publik, semisal kesenjangan antar daerah dan perekonomian.

"Ini dua bidang persoalan yang hari-hari menjadi tema pokok dalam pemerintahan pusat, daerah, dan isu-isu ekonomi di masyarakat," ucap Darmawan kepada Alinea.id. 

Jika sukses menjadi corong masyarakat untuk isu-isu itu, menurut Darmawan, bukan tidak mungkin popularitas dan elektabilitas Ahok dan Ganjar terdongkrak. Di lain sisi, kepercayaan terhadap PDI-P sebagai parpol pro-rakyat juga kian kuat. 

"Dengan begitu, PDI-P bisa menjadi partai yang diandalkan masyarakat," kata Darmawan. 


 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Berita Terkait

Bagikan :
×
cari
bagikan