Politisi Partai Gerindra Sandiaga Uno mengapresiasi pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara pelantikan presiden dan wakil presiden pada Minggu (20/10). Sandiaga menyebut dalam pidatonya Jokowi memiliki target pembangunan yang spesifik.
Meski demikian, Sandiaga menyebut target yang sudah ditetapkan tersebut harus segera dijalankan. "Ini tidak datang secara otomatis, harus bekerja keras, karena target-targetnya cukup tinggi," kata Sandiaga saat ditemui di Gedung MPR/DPR, Jakarta, Minggu (20/10).
Beberapa target yang dimaksud Sandiaga yakni mimpi Jokowi pada 2045 Indonesia menjadi negara maju dengan pendapatan Rp320 juta per kapita per tahun atau Rp27 juta per kapita per bulan. Kemudian membebaskan Indonesia dari jebakan pendapatan kelas menengah.
Pada 2045, Jokowi juga ingin produk domestik bruto Indonesia telah mencapai US$7 triliun. Ia juga menargetkan Indonesia masuk dalam lima besar ekonomi dunia.
"Itu sebuah capaian yang tentunya harus diwujudkan dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dari sekarang," ujar Sandiaga.
Selain itu, Sadiaga juga mengomentari ihwal rencana Jokowi dalam rangka menghadirkan dua produk omnibus law. Jokowi dalam hal ini ingin menyederhanakan regulasi.
Jokowi, dalam pidatonya, menjelaskan omnibus law diterbitkan untuk merevisi puluhan undang-undang yang menghambat pembukaan lapangan kerja dan menghambat pengembangan UMKM.
"Ada kebijakan yang saya catat, seperti omnibus law, itu sebuah undang-undang yang menjadi preseden untuk mengganti UU yang menghambat penciptaan lapangan kerja dan UU yang mampu untuk memberdayakan UMKM," jelas Sandiaga.
Menurut Sandiaga, kebijakan tersebut amat positif karena merupakan dua pilar yang masuk sebagai strategi besar. Kebijakan ini, lanjutnya diharapkan dapat melahirkan pertumbuhan yang lebih tinggi dan berkualitas.
Lebih jauh, ia menuturkan sebagian pidato Jokowi memiliki semangat yang sama dengan partainya saat ini yaitu Gerindra. Pasalnya Partai Gerindra sendiri memiliki tujuan agar ekonomi bertumbuh.
“Gerindra punya mimpi ekonomi bertumbuh dan kami juga berharap kemiskinan bisa ditekan serendah mungkin," ujar Sandiaga.
Tak ada kebaruan
Ditemui dalam kesempatan terpisah, pengamat politik dari Indonesia Public Institue, Karyono Wibowo, menilai isi pidato presiden Joko Widodo tak memiliki kebaruan. Target yang disampaikan saat pelantikan, sudah sering disebut sebelumnya pada Agustus 2019.
"Poin-poinnya sudah ada dalam lima visi Jokowi," kata Karyono.
Karyono melihat, pada pidato kali ini, Jokowi kembali menyebut lima agenda strategis yang menjadi prioritas selama lima tahun ke depan.
Selain itu, Jokowi juga kembali menyinggung prioritas pembangunan Sumber Daya Manusia, kelanjutan pembangunan infrastruktur, reformasi birokrasi, transformasi ekonomi dengan melakukan berbagai inovasi, penggunaan teknologi yang mudah dijangkau dan mendobrak sistem lama yang tidak produktif menjadi produktif. Penekanan pemberdayaan ekonomi sektor UMKM juga menjadi perhatian serius.
"Saya mencoba menangkap pesan Jokowi memang akan fokus pada lima agenda strategis. Dia tidak ingin bergeser dari visi tersebut," tutur Karyono.
Meskipun demikian, lanjut Karyono, ada optimisme dalam pidato awal Presiden Jokowi di periode kedua pemerintahannya. Jokowi yakin dengan posisi Indonesia yang masuk lima besar ekonomi dunia bisa menjadi modal untuk menyukseskan pembangunan di tengah melemahnya ekonomi global.
"Dalam pelaksanaan pembangunan, diperlukan strategi kebijakan pembangunan yang mampu menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi selama lima tahun ke depan," ujar Karyono.
Faktor yang tidak kalah penting, kata Karyono, untuk mewujudkan harapan tersebut adalah kualitas dan integritas menteri dalam kabinet pemerintahan yang sesaat lagi akan diumumkan. Selain itu, diperlukan stabilitas politik dan keamanan sebagai salah satu syarat untuk mewujudkan agenda pembangunan yang diharapkan.