Strategi “paket hemat” dalam mengarungi pertarungan calon anggota legislatif (caleg) di Pemilu 2024 dilakukan beberapa caleg DPR dan DPRD yang satu partai politik. Potret dua caleg, beserta nomor urut, partai politik, dan daerah pemilihannya biasanya terpampang di alat peraga kampanye, seperti baliho, spanduk, atau pamflet.
Misalnya, foto politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Satia Chandra Wiguna yang bakal memperebutkan kursi DPRD DKI Jakarta, bersanding dengan foto Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie Louisa yang bakal memperebutkan kursi DPR, dalam satu baliho besar yang di belakangnya terpampang foto Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep. Baliho mereka banyak tersebar di wilayah Jakarta Barat, terutama di daerah Jelambar, yang menjadi dapil Jakarta 3 DPR dan dapil Jakarta 10 DPRD DKI Jakarta.
Baliho besar yang memampang foto politikus Partai Gerindra Ali Hakim Lubis dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Habiburokhman tersebar di wilayah Jakarta Timur. Ali adalah caleg DPRD DKI Jakarta di dapil Jakarta 4, sedangkan Habiburokhman bakal bertarung memperebutkan kursi DPR di dapil Jakarta 1. Di daerah Cawang, Jakarta Timur, baliho besar mereka dengan latar belakang capres dan cawapres nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka banyak berdiri.
Di wilayah Jakarta Timur foto politikus Partai Demokrat Misan Samsuri dan Suci Ayu Wandini juga mudah ditemukan. Misan bakal bertarung sebagai caleg DPRD DKI Jakarta di dapil Jakarta 6, sedangkan Suci akan bersaing sebagai caleg DPR di dapil Jakarta 1. Misan merupakan politikus senior Partai Demokrat. Ia sudah menjadi anggota DPRD DKI Jakarta sejak 2009.
Di daerah Jakarta Barat, terutama bilangan Roxi, baliho caleg Partai Perindo Lisa Mariana Wardhana yang bakal bersaing memperebutkan kursi DPR di dapil Jakarta 3, bersanding dengan foto Pahala Manurung yang merupakan caleg DPRD DKI Jakarta di dapil Jakarta 10.
Saat dihubungi Alinea.id, Pahala mengaku berkolaborasi dengan Lisa di Jakarta Barat karena ingin lolos ke DPRD DKI Jakarta. Ia mengatakan, menghemat biaya menjadi alasan “kampanye patungan” satu baliho dengan Lisa. Namun, ia bungkam ketika ditanya soal biaya dan bagaimana melakukan penggalangan pemilih di dapilnya.
Dihubungi terpisah, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Demos Institute, Ade Reza Hariyadi memandang, strategi kampanye baliho dua caleg pada umumnya didorong alasan efisiensi anggaran atau pertukaran sumber daya politik antara caleg DPR dan DPRD, dalam relasi yang bersifat patron klien.
“Biasanya, caleg DPR akan bertindak sebagai sang patron yang menyediakan dukungan logistik yang lebih besar dan caleg DPRD menjalankan peran sebagai klien, yang melakukan penggalangan dan mobilisasi pemilih di lapangan,” kata Ade kepada Alinea.id, Jumat (19/1).
Selain itu, banyaknya baliho dua caleg juga menjadi pertanda banyak caleg bermodal cekak, minim modal sosial, dan kurang terkenal. “Termasuk mendompleng popularitas sang patron, memperoleh perlindungan politik, dan mengakses dukungan sumber daya politik lainnya,” ucap Ade.
Walaupun terlihat agak naif, Ade memandang, paket hemat dalam kampanye bisa sangat efektif sepanjang relasi politik tersebut bersifat simbiosis mutualisme. “Maka dapat meningkatkan efektivitas dalam kerja-kerja kampanye dan membuka peluang yang lebih besar untuk meraih ceruk pasar pemilih yang heterogen,” tutur Ade.