close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Ilustrasi pemilihan. Alinea.id/Dwi Setiawan
icon caption
Ilustrasi pemilihan. Alinea.id/Dwi Setiawan
Politik - Partai
Kamis, 05 September 2024 06:03

Selebritas di pilkada ancam matinya kaderisasi

Tercatat, ada 13 selebritas yang bakal meramaikan Pilkada 2024.
swipe

Para selebritas meramaikan kancah Pilkada 2024. Tercatat, ada 13 pesohor yang bakal berkompetisi. Sebut saja aktor dan komedian Ronal Sunandar Surapradja, yang menjadi calon wakil gubernur Jawa Barat mendampingi Jeje Wiradinata. Keduanya adalah kader PDI-P. Penyanyi Gitalis Dwi Natarina alias Gita KDI pun ikut maju sebagai calon wakil gubernur Jawa Barat. Dia mendampingi Acep Adang Ruhiyat. Mereka diusung PKB.

Lalu, ada pelawak dan penyanyi Hendrianto atau yang dikenal dengan Vicky Prasetyo, yang menjadi calon bupati Pemalang. Bersama Mochamad Suwendi, Vicky diusung PKB. Pemilihan kepala daerah di Bandung Barat bahkan diikuti tiga pesohor.

Ada aktor Hengky Kurniawan yang menjadi calon bupati Bandung Barat diusung PDI-P, Partai NasDem, Partai Buruh, Partai Perindo, dan PPP. Hengky akan berpasangan dengan Ade Sudrajat, sebagai wakil bupati. Hengky sebelumnya juga memegang jabatan yang sama.

Kemudian, ada musikus Ritchie Ismail atau yang dikenal dengan Jeje Govinda yang maju sebagai calon bupati Bandung Barat. Berpasangan dengan Asep Ismail, Jeje diusung PAN dan Partai Gerindra.

Terakhir, ada pelawak dan presenter Gilang Dirgahari yang menjadi calon wakil bupati Bandung Barat, menemani Didik Agus Triwiyono sebagai calon bupati. Mereka diusung Partai Demokrat dan PKS. Dua pasangan lainnya yang bakal bertarung di Bandung Barat, antara lain Sundaya dan Aa Maulana, serta Edi Rusyandi dan Unjang Asari.

Dalam persaingan kepala daerah Kabupaten Bandung juga bakal mempertemukan dua selebritas. Petahana Dadang Supriatna yang maju kembali menjadi calon bupati Bandung, ditemani aktor Ali Syakieb sebagai wakilnya. Mereka diusung PKB, Partai NasDem, Partai Demokrat, Partai Gerindra, PAN, dan PDI-P.

Lalu, ada aktor Sahrul Gunawan yang maju menjadi calon bupati Bandung, bersama pasangannya Gun Gun Gunawan. Mereka diusung PKS dan Partai Golkar.

Di Cianjur, aktor dan presenter Ramzi Geys Thebe maju sebagai calon wakil bupati Cianjur. Dia mendampingi calon bupati Cianjur, Mohammad Wahyu. Mereka diusung Partai Gerindra, Partai NasDem, Partai Buruh, Partai Ummat, dan PSI.

Aktor Lucky Hakim maju sebagai calon bupati Indramayu bersama Syaefudin. Mereka diusung PKS dan Partai NasDem, serta didukung Partai Hanura, Partai Buruh, PBB, PKN, PPP, dan Partai Gelora.

Penyanyi Vicky Veranita Yudhasoka Shu atau Vicky Shu menjadi wakil bupati Cilacap. Dia mendampingi Awaluddin Muuri, diusung Partai Gerindra, Partai NasDem, dan PPP. Penyanyi sekaligus politikus PDI-P Kris Dayanti pun maju sebagai calon wali kota Batu. Dia maju bersama politikus Partai NasDem Kresna Dewanata Phrosak. Terakhir ada aktor dan sutradara Rano Karno yang maju sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, mendampingi Pramono Anung.

Melihat hal itu, pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai, fenomena selebritas maju dalam pilkada adalah bentuk pragmatisme dari partai politik. Sebab, partai politik punya keinginan besar untuk menang.

Tak heran, kata dia, popularitas artis dan elektabilitas politikus diupayakan dapat sejalan dengan penerimaan publik. Dipasangkan dengan selebritas, bisa memudahkan pekerjaan rumah partai politik untuk menaikkan nama calonnya. Meski begitu, jika cara ini terus dilakukan, maka akan ada konsekunsinya bagi partai politik.

“(Bisa) matikan kaderisasi,” kata Ujang kepada Alinea.id, Selasa (3/9).

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Cecep Hidayat menilai, sosok selebritas merupakan daya tarik untuk memburu popularitas. Dengan begitu, elektabilitas para calon kepala daerah bisa dapat diraih.

“Sayangnya, popularitas belum tentu sejalan dengan elektabilitas,” ujar Cecep, Selasa (3/9).

Walau demikian, selama para kandidat bisa membuktikan dirinya memang layak dalam kontestasi, seharusnya tidak ada masalah. Namun, bila partai politik tidak memberikan peranan yang maksimal untuk mendidik para kadernya, maka kaderisasi bakal mati. Imbasnya, pengusungan figur di berbagai kancah pilkada akan berwarna dengan popularitas saja, bukan elektabilitas.

“(Bisa) matikan kaderiasi ya, karena ada fungsi partai yang belum optimal,” tutur Cecep.

img
Immanuel Christian
Reporter
img
Fandy Hutari
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan