Kubu Jokowi-Maruf menyerang balik kritik yang dilemparkan oleh Prabowo Subianto.
Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin, Hasto Kristiyanto, mengatakan tudingan-tudingan yang dilontarkan Capres Prabowo tidak benar.
Kritik Prabowo atas rasio pajak, misalnya. Hasto mengatakan seharusnya rasio pajak di era Soeharto bisa lebih tinggi. Sebab, berasal dari sektor Migas dan perusakan hutan.
"Tetapi kami lihat kontribusi (pajak) yang ada saat itu (berasal) dari Migas. Juga, dari kerusakan hutan yang begitu besar. Seharusnya, (pendapatan pajak di zaman Soeharto) jauh lebih besar lagi saat itu," katanya di Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/11).
Hasto mengklaim justru pendapat pajak tertinggi yaitu pada tahun 2008-2009. Pasalnya, saat itu proses intensifikasi betul-betul didapat dari pertumbuhan wajib pajak.
"Wajib pajak (di era Megawati) jauh lebih besar, bahkan jumlah pajak yang dikumpulkan selama 32 tahun kalah dalam 3 tahun pemerintahan ibu Megawati Soekarnoputri," sebutnya.
Dia pun menilai tudingan Prabowo itu tidak benar. Sebab, kontribusi pajak zaman Orde Baru seharusnya bisa lebih besar karena berasal dari Migas.
Sementara itu, pada era pemerintahan Jokowi menurut Hasto terjadi peningkatan wajib pajak. Sekaligus, kewajiban warga negara dalam membayar pajak semakin besar.
Terlebih lagi, pemerintah sedang mengupayakan untuk melakukan restrukturisasi termasuk sektor fiskal.
"Itu dilakukan untuk konsolidasi dan juga terhadap wajib pajak semakin diintensifkan," katanya.
Selain itu, dia juga mengatakan PDI Perjuangan mendorong setiap anggota DPR dan pejabat negara menginterpretasikan dengan sistem perpajakan.
"(Hal itu) sekaligus (sebagai) upaya melakukan pemberantasan korupsi," terangnya.
Elit terancam
Sementara itu, Prabowo juga menyatakan banyak elit politik yang ingin mendukungnya justru mendapatkan tekanan dan ancaman.
"Saya sering kedatangan elit entah pakai gelar ini, pakai gelar itu. Pakai posisi ini dan posisi itu. Mereka bilang kami ingin mendukung Pak Prabowo, tetapi kami ditekan, kami diancam. Jadi, kami akan mendukung pak Prabowo (secara) diam-diam. Kami akan dukung pak Prabowo dari belakang," kata Prabowo dalam pidatonya di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (22/11).
Menanggapi hal itu, Hasto Kristiyanto menantang Prabowo untuk menyebut siapa nama yang melakukan ancaman kepada elit tersebut.
"Siapa yang mengancam? Karena pak Jokowi tidak memiliki tradisi seperti itu. (Jokowi) tidak memiliki tradisi kekerasan masa lalu, (bahkan) kekerasan dalam keluarga saja tidak pernah," tantang Hasto.
Menurut Hasto, jika tudingan itu tanpa adanya bukti-bukti. Maka, hal itu hanya untuk melakukan agitasi.
"Ya, harus disebut kalau tidak sekali lagi itu hanya upaya untuk melakukan semacam agitasi," kata Hasto.
Kepemimpinan Jokowi, menurut Hasto justru kepemimpinan yang menunjukkan welas asih dan rasa cinta kepada rakyat.
Sekjen PDI Perjuangan itu pun mengklaim Jokowi bukan tipe pemimpin yang senang mengancam. "Mengancam tidak pernah. lemparkan handphone (pun) tidak pernah," sindirnya.