Orasi Kapolri Jenderal Listyo Sigit diwarnai sedikit penolakan dari massa demonstran dari Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di depan gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (11/4) siang.
Awalnya, massa menolak kehadiran Listyo yang dinilai tidak memiliki wewenang untuk menyampaikan aspirasi politik mahasiswa.
Begitu pula saat Listyo melakukan orasi. Tampak mahasiswa tak mau mendengarkan, dan malah menyerukan yel-yel agar Polri tidak bertindak anarkis.
Sorakan massa sedikit mereda tatkala Listyo berjanji untuk memastikan anak buahnya tidak melakukan tindakan anarkis terhadap mahasiswa. Dia berpesan kepada jajarannya untuk mengawal demo ini berjalan lancar.
"Saya dalam posisi yang akan memastikan bahwa seluruh aspirasi adik-adik mahasiswa semua tersampaikan dan kami akan membantu menjaga agar seluruh proses berjalan dengan aman. Oleh karena itu saya titip juga pada seluruh anggota, tolong kawal, tolong jaga adik-adik kita. Ini anak-anak kita, ini teman-teman kita," ujar Listyo yang disambut aplaus mahasiswa.
Ia pun meminta anggota polisi yang bertugas mengawal demo untuk menjaga mahasiswa, dan memastikan demo tidak disusupi oleh kepentingan lain.
"Jaga mereka (mahasiswa), kawal, jangan sampai ada yang menunggangi karena suara aspirasi mahasiswa adalah suara akademisi, suara murni dan itu harus dijaga harus selalu dikawal dan kami siap untuk mengawal semua aspirasi teman-teman mahasiswa," katanya dari atas mobil komando BEM SI.
Listyo menemui mahasiswa bersama tiga pimpinan DPR yakni Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad, Rachmat Gobel, dan Lodewijk F Paulus.
Di atas mobil, mereka menerima korek telinga sebagai bentuk aspirasi mahasiswa kepada DPR. Dengan harapan, korek kuping membuka telinga wakil rakyat untuk meneruskannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sayangnya, saat Listyo dan ketiga pimpinan DPR meninggalkan lokasi, kericuhan pun pecah. Terdapat sekelompok massa mulai melempari mobil komando BEM SI. Orator demonstrasi meminta rekan-rekannya tidak terprovokasi.
Kericuhan terus terjadi hingga terjadi aksi pengeroyokan terhadap pegiat media sosial Ade Armando.