Persaingan antara Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dalam mengampanyekan jagoannya masing-masing potensial terpentas di Pilgub Jawa Tengah 2024. Setelah menghadiri kampanye Ahmad Luthfi-Taj Yasin, Jokowi digadang-gadang bakal turun gunung untuk mengampanyekan pasangan tersebut.
"Kita berharap beliau berkenan (jadi juru kampanye)," ujar Ketua DPD Gerindra Jawa Tengah Sudaryono kepada wartawan di Hotel Grand Mercure, Sukoharjo, Jawa Tengah, Minggu (27/10).
Dari foto yang diunggah Ahmad Luthfi di akun instagramnya, Jokowi sempat ngopi dengan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin di Solo. Ahmad Luthfi mengaku dapat banyak wejangan dari Jokowi. "Pak @jokowi punya perhatian besar terhadap kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah," tulis Ahmad Luthfi.
Pasangan Luthfi-Taj disokong oleh Jokowi dan semua parpol dari Koalisi Indonesia Maju (KIM), yakni Gerindra, Golkar, Demokrat, dan Partai Amanat Nasional (PAN). Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Keadilan Sejahera (PKS) juga meng-endorse pasangan tersebut.
Di lain kubu, pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi (Andika-Hendi) hanya diusung PDI-P. Megawati dan mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah tercatat sebagai salah satu juru kampanye pasangan tersebut.
Analis politik dari Universitas Diponegoro (Undip) Yoga Putra Prameswari menilai keterlibatan Mega dan Jokowi secara langsung dalam kampanye Luthfi-Taj dan Andika-Hendi potensial mengubah konstelasi politik di Pilgub Jateng. Secara khusus, Yoga menyebut Megawati memiliki rekam jejak yang tidak bisa dianggap remeh sebagai pendulang suara.
Ia mencontohkan kehadiran Megawati yang terbukti memberikan efek ekor jas bagi PDI pada Pemilu 1987. Dari hanya punya 4 kursi di DPR, PDI mengoleksi 40 kursi di DPR setelah Megawati bergabung. Tidak salah juga jika disebut PDI-P mampu keluar sebagai pemenang pemilu pertama setelah Reformasi kareha kehadiran Megawati.
"Dengan raihan 33% suara pada 1999. Ini luar biasa. Saya rasa sosok Megawati sebagai pendulang suara tidak bisa dianggap remeh. Kapasitasnya sudah terbukti," kata Yoga kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini.
Di lain sisi, Jokowi sebagai tokoh yang kerap memainkan citra pemimpin populis juga sangat ampuh mempengaruhi pemilih. Sejak menjadi Wali Kota Solo, Jokowi sering menunjukan gaya komunikasi populis, seperti pada saat menertibkan pedagang pasar di Solo. "Cirinya Jokowi adalah mengeluarkan kebijakan pro rakyat jangka pendek," kata Yoga.
Gaya komunikasi yang populis untuk memikat memilih konsisten dilakukan oleh Jokowi hingga dengan menduduki jangan presiden selama dua periode. Wajar jika, menurut survei Indikator Politik Indonesia sebanyak 77,2% responden menyatakan puas dengan kinerja Jokowi di pengujung pemerintahannya.
"Meskipun rekam jejaknya tidak sehebat Megawati, kita harus akui citra persona dari Jokowi tidak dapat dianggap remeh. Bahkan Jokowi dianggap oleh sebagian orang dianggap sebagai salah satu pemimpin populisme paling sukses," kata Yoga.
PDI-P saat ini kembali menjadi penguasa parlemen Jateng setelah mengantongi 26% suara di Pileg 2024. Namun, sulit bagi PDI-P dan Megawati untuk mempertahankan kursi gubernur kembali ke tangan kader mereka. Apalagi, elektabilitas Luthfi-Taj jauh lebih dominan.
"Saya rasa untuk hari ini pasangan Lutfi-Yasin cenderung lebih unggul. Tetapi, selama peluit terakhir belum berbunyi segala hal bisa mempengaruhi hasil. Tinggal sejauh mana konsolidasi di internal Andika dan Hendi bisa memenangkan Jawa Tengah," kata Yoga.
Sigi teranyar Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang dirilis beberapa hari lalu menunjukkan pasangan Luthfi-Taj unggul dengan tingkat keterpilihan mencapai 46,8%. Andika-Hendi hanya mengantongi 28,2%. Survei-survei dari lembaga lainnya juga cenderung menemukan hal serupa.
Analis politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Kholidul Adib sepakat kontestasi Pilgub Jateng akan semakin sengit jika Megawati dan Jokowi turun gelanggang. Ia meyakini kehadiran langsung Megawati secara fisik di Jateng bisa mempengaruhi preferensi politik warga setempat.
"Sebenernya yang terjadi pengeroyokan elite KIM plus terhadap Megawati dan PDI-P. Jadi, kalaupun nanti paslon yang diusung Jokowi unggul, itu bukan semata faktor keunggulan Jokowi seorang. Tetapi, karena dia bersama elite KIM Plus mengeroyok Megawati dan PDI-P," kata Kholidul kepada Alinea.id.
Kholidul menilai Megawati dan PDI-P harus benar-benar all out untuk menghadapi gempuran KIM dan Jokowi. Jateng bakal jadi medan pembuktian bagi PDI-P. Bukan tidak mungkin Jateng tak lagi jadi kandang banteng jika kursi penguasa jatuh ke tangan KIM Plus.
"Sebaliknya, jika Megawati dan PDIP masih bisa bertahan memenangkan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, maka itu juga bisa dibilang Megawati dan PDIP memang benar-benar penguasa Jawa Tengah," kata Kholidul.