close icon
Scroll ke atas untuk melanjutkan
Kapolda Jawa Tengah Ahmad Luthfi bersama Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono menggelar konferensi pers terkait mafia tanah di Kota Semarang, Jateng, Juli 2024. /Foto Instagram @agusyudhoyono
icon caption
Kapolda Jawa Tengah Ahmad Luthfi bersama Menteri ATR/Kepala BPN Agus Harimurti Yudhoyono menggelar konferensi pers terkait mafia tanah di Kota Semarang, Jateng, Juli 2024. /Foto Instagram @agusyudhoyono
Politik
Senin, 29 Juli 2024 14:06

Skenario "perang" dua jenderal di Pilgub Jateng 2024

PDI-P digadang-gadang bakal mengusung eks Panglima Andika Perkasa di Pilgub Jateng.
swipe

Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng) 2024 potensial jadi ajang pertempuran dua jenderal. Kubu Koalisi Indonesia Maju (KIM) mengusung eks Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi sebagai kandidat. Di lain kubu, PDI-Perjuangan digadang-gadang bakal mencalonkan eks Panglima TNI Andika Perkasa. 

"Penetapannya oleh ketua umum. Memang sudah beredar di kalangan DPP bahwa ada kemungkinan Pak Andika Perkasa yang bakal dicalonkan. Banyak usulanlah," ujar Ketua DPD PDI-P Jateng Bambang Wuryanto kepada wartawan di Semarang, belum lama ini. 

Sempat jadi orang dekat Presiden Joko Widodo (Jokowi), Andika sudah jadi kader PDI-P sejak Mei 2024. Pada Pilpres 2024, Andika pisah jalan dengan Jokowi lantaran mendukung pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Bersama KIM, Jokowi meng-endorse pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. 

Saat ini, parpol anggota KIM--Gerindra, Golkar, Demokrat, Partai Amanat Nasional--sepakat memberikan dukungan terhadap Ahmad Luthfi yang dikenal dekat dengan Jokowi. Luthfi pernah menjabat sebagai Wakapolres Solo pada tahun 2011. Kala itu, Jokowi masih menjadi Wali Kota Solo.

Luthfi diyakini bakal dipasangkan dengan Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Survei sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas Kaesang dominan di Pilgub Jateng. 

Dalam sigi Litbang Kompas yang dirilis pertengahan Juli lalu, misalnya. Pada skema top of mind, Kaesang mengantongi elektabilitas 7%, unggul dari Luthfi (6,8%), Taj Yasin Maimoen (3,2%), selebritas Raffi Ahmad (2,8%), Bupati Kendal Dico Ganinduto (2,6%), eks Gubernur Jateng Bibit Waluyo (2,4%), dan eks Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi (2%). 

Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono membenarkan Pilgub Jateng berpeluang jadi medan pertempuran dua jenderal. Satu "perwakilan" dari TNI, lainnya dari Polri. Sayangnya, elektabilitas keduanya tergolong timpang. 

Berbasis sigi Y-Publika, menurut Rudi, elektabilitas Luthfi saat ini sudah di atas 10%, melonjak signifikan dari hasil survei bulan Mei yang masih di angka 5,6%. Tingkat keterpilihan Andika di Pilgub Jateng belum terbaca dalam survei.

“Wacana Luthfi maju di Pilkada Jawa Tengah sudah lama. Kerja-kerja sosialisasinya sudah berjalan masif dan makin menguat karena gayung bersambut dengan dukungan partai-partai besar, terutama dari KIM,” ujar Rudi kepada Alinea.id di Jakarta, belum lama ini. 

Menurut Rudi, Hendrar Prihadi dan Bambang Wuryanto masih jadi politikus yang dijagokan di akar rumput. Andika belum terlihat elektabilitasnya lantaran mesin politik PDI-P belum bergerak untuk menggelar sosialisasi masif. 

Jika mengusung Andika, Rudi berpendapat PDI-P bakal kesulitan mempertahankan Jateng sebagai kandang banteng. Apalagi jika KIM sepakat menduetkan Luthfi dengan Kaesang. 

Selain keturunan Jokowi, Kaesang juga mewakili kaum muda. Sekitar 60% calon pemilih di Pilgub Jateng berasal dari kalangan milienial dan generasi Z. 

“Saya kira, kalau mau mengimbangi Luthfi-Kaesang, maka PDIP harus berhasil menyandingkan Hendrar Prihadi dan Gus Yusuf Chudlori dari PKB,” jelasnya.

Kader PDI-Perjuangan yang juga mantan Panglima TNI Andika Perkasa. /Foto dok. PDI-P

Menurut Rudi, ada dua alasan mengapa PDI-P harus mengusung Hendrar Prihadi-Gus Yusuf. Pertama, Hendrar jauh lebih populer ketimbang Andika di Jateng. Kedua, kultur abangan-santri yang masih sangat kuat di provinsi itu. 

PDI-P, kata Rudi, berpengaruh kuat di kalangan masyarakat abangan, sementara PKB menjadi saluran politik bagi kaum santri. "Aliansi kedua partai itu akan menyatukan dua basis sosial-kultural itu," imbuh Rudi. 

Senada, peneliti Charta Politika Indonesia Ardha Ranadireksa berpendapat PDI-P sedang gamang mencari calon penantang Lutfhi-Kaesang. Itulah kenapa nama Andika dimunculkan sebagai salah satu kandidat di Pilgub Jateng. 

"PDI-P memperhitungkan faktor Jokowi yang memang terlihat cukup berpengaruh di Jateng, di kandang mereka sendiri. Tentu PDI-P ingin mempertahankan kandangnya sendiri. Jadi, kenapa kemudian nama Andika Perkasa di sini yang dimungkinkan untuk muncul sebagai tes ke publik," ucap Ardha kepada Alinea.id, Kamis (26/7).

Andika bukannya tanpa nilai plus. Meskipun elektabilitasnya jeblok, menrut Ardha, Andika punya penguasaan teritorial yang baik di Jateng. PDI-P masih berpeluang menang jika mampu menginisiasi koalisi yang kuat di belakang Andika. 

"Saya pikir dengan kemayoritasan PDI-P di Jawa Tengah ini berbeda dengan wilayah lain di mana koalisi Indonesia maju KIM ini mungkin akan terbentuk di Jawa Tengah dengan tujuan menggempur PDI-P," ucap Ardha.

 

img
Kudus Purnomo Wahidin
Reporter
img
Christian D Simbolon
Editor

Untuk informasi menarik lainnya,
follow akun media sosial Alinea.id

Bagikan :
×
cari
bagikan