Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla (JK) digadang-gadang oleh Partai Demokrat untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menuturkan peluang JK akan sulit bila maju pada Pilpres 2019.
Dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina itu menyebut setidaknya empat tantangan yang akan dihadapi JK dalam pencapresan pada 2019. Empat tantangan itu membuat peluang mantan Ketua Umum Partai Golkar tersebut kecil apabila kembali maju sebagai Capres.
Pertama, JK memiliki rekam jejak pernah gagal sebagai Capres. Pada Pilpres 2009, JK menggandeng Wiranto yang diusung oleh Partai Golkar dan Hanura.
"Itu berarti basis sosial JK untuk menjadi Capres tidak cukup luas," katanya di kantor SMRC, Jakarta, Kamis (5/7).
Kedia, sambungnya, masih belum jelas partai yang akan mengusung JK. Sebab, dia menilai tidak mungkin JK menggunakan kendaraan Partai Golkar untuk mendapatkan tiket Capres.
Meski JK adalah tokoh penting di Golkar, kata dia, namun pemegang kendali partai berlambang pohon beringin itu digenggam orang lain, dan pengusaha asal Makassar itu tidak memiliki kekuasaan keputusan di Golkar.
Kemudian tantangan ketiga, ucapnya, usia JK yang tak lagi muda, yakni saat ini memasuki umur 76 tahun. "Apakah masih cukup stamina beliau untuk menjadi Capres?" tanyanya.
Tantangan terakhir, menurut dia adalah soal elektabilitas yang diukur oleh sejumlah lembaga survei. Elektabilitas JK sebagai seorang calon presiden cukup rendah, bahkan lebih rendah dari elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Nah, empat tantangan itu membuat peluang JK untuk menjadi Capres mengecil. Tapi, JK masih memiliki peluang atau kekuatan untuk menjadi king maker, baik Capres maupun Cawapres," kata dia.
King maker
Untuk menjadi king maker, Djayadi menjelaskan, JK memiliki dua kekuatan. Pertama, JK dinilai sebagai tokoh yang berhasil menjadi wakil presiden dan seorang tokoh yang memiliki kapasitas dan kapabilitas kepemimpinan yang tinggi. Bahkan, mampu menyaingi Jokowi.
Kekuatan kedua, JK memiliki basis kuat di Indonesia Timur, terutama di Sulawesi Selatan. Hal tersebut bisa menjadi modal politik bagi JK, sehingga bisa menjadi orang yang diperhitungkan oleh orang.
Selain JK, kata dia, nama Anies Baswedan juga digadang-gadang sebagai sosok yang berpotensi maju sebagai calon presiden.
Hanya saja, jika Anies memilih untuk maju, maka Gubernur DKI Jakarta tersebut akan berhadapan dengan Prabowo Subianto. Secara elektabilitas, Prabowo masih tertinggi kedua setelah Jokowi.
Pilihan lainnya, Anies berpeluang menjadi wakil Prabowo. "Itu akan mampu mengonsolidasikan suara Prabowo dan suara anti Jokowi," pungkasnya.
Hanya saja, jika Anies dan Prabowo bersama-sama maju sebagai Capres, akan memperkecil peluang menang. Sebab, basis keduanya beririsan, yaitu kubu yang tidak puas dengan kinerja petahana saat ini.
"Kalau mereka maju bersamaan akan sulit, sebab orang akan berpikir Anies mengkhianati Prabowo," jelas CEO SMRC tersebut.
Untuk itu, jika Anies dipaksakan maju, dia menilai tidak hanya berhadapan dengan Jokowi, tetapi juga dengan Prabowo yang membuat kecil peluang kemenangannya.