Strategi kampanye firehouse of falsehood atau gudang kebohongan yang diterapkan oleh Donald Trump di AS diduga digunakan oleh Capres di Indonesia.
Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin melihat adanya indikasi menggunakan strategi kampanye "Firehouse of Falsehood (FoF)" oleh tim kampanye ataupun pasangan calon lain.
Wakil Ketua TKN Jokowi-Maruf, Abdul Kadir Karding menilai, indikasi tersebut nampak dengan adanya pernyataan-pernyataan yang bombastis namun tidak berdasar alias palsu dan datanya lemah.
"Misalnya soal tempe (se) tipis ATM, negara gagal, kemudian harga-harga melambung. (Juga narasi) negara (akan) dikuasai asing," katanya kepada Alinea.id, Jumat (16/11).
Menurut dia, kampanye-kampanye yang membuat gaduh dan ketakutan di tengah masyarakat itulah salah satu ciri strategi firehouse of falsehood.
Untuk itu, TKN Jokowi-Maruf akan melawan narasi-narasi tersebut. Salah satunya dengan narasi politik genderuwo.
Menurutnya, politik genderuwo merupakan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh masyarakat. Gunanya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak mudah terpengaruh dengan model-model kampanye yang tidak memiliki dasar data yang jelas.
"Model-model kampanye (firehouse of falsehood) itu banyak yang sukses di negara lain. Seperti Amerika, Brasil, dan sebagainya," pungkasnya.
Upaya-upaya strategis yang dilakukan TKN dalam mengahadapi metode seperti itu yakni dengan membangun narasi positif.
Itupun dibangun terus meneruskan dan bergerilya dari pintu ke pintu agar seluruh prestasi Jokowi tersampaikan secara utuh di tengah masyarakat.
Sementara itu, pengamat politik Telkom University Dedi Kurnia Syah Putra menjelaskan strategi firehouse of falsehood berisiko merusak tatanan budaya di dalam masyarakat. Terlebih di Indonesia memiliki budaya gotong royong yang sangat kental.
"Sementara FoF adalah tindakan pragmatis, tidak peduli impact (dampak) merugikan orang lain selama menguntungkan bagi diri sendiri," katanya.
Dedi pun melihat strategi seperti itu mulai digunakan di Indonesia, hal itu nampak dari pengelompokan dukungan yang terus menerus dikondisikan seperti berseteru. Terutama melalui media sosial yang kemudian membentuk opini masyarakat.
Dedi membandingkan keberhasilan metode kampanye firehouse of falsehood di Amerika Serikat, karena memang tipologi masyarakat setempat secara kultur liberal dan individual. Berbeda dengan kultur dan budaya di Indonesia.
Dia menuding gaya politik seperti itu, jika terus dilancarkan di Indonesia akan berimbas pada tatanan sosial masyarakat.
"Perpecahan (di masyarakat) sudah mulai terjadi, jika kondisi seperti itu bertahan dalam waktu lama, maka pemerintahan akan terus dihantui oposisi anarkis," tudingnya.
Menurut dia, jika dalam konteks narasi, pasangan calon nomor urut 02 Prabowo-Sandi lebih menonjol. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana kubu tersebut memberikan gambaran Indonesia kini dan masa depan dengan menjual pesimisme.
"Bisa juga bagian dari skenario firehouse of falsehood," ujarnya.
Meski seperti itu, tidak lantas pasangan Jokowi-Maruf tidak menggunakan skenario FoF. Hanya saja, Paslon 01 lebih banyak dilakukan oleh tim dibandingkan oleh tokoh utama Jokowi-Maruf.