Dua kandidat calon Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan(PPP) Suharso Monoarfa dan Taj Yasin Maimoen, dinilai dapat mendongkrak citra partai berlogo kakbah tersebut. Sebab, setelah tertangkapnya Muhammad Romahurmuziy oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), suara PPP anjlok.
"Ya pasti bisa dong. Dengan catatan dia bisa mengonsolidasi faksi-faksi yang di PPP itu. PPP itu kan banyak faksi, banyak banget itu. Bahkan konflik internal yang sering terjadi itu karena konflik faksi kan," ujar pengamat politik Adi Prayitno, saat dihubungi Alinea.id, Jumat (18/12).
Adi menilai, kedua kandidat tersebut dianggap dapat mengonsolidasikan kekuatan politik PPP. Bahkan, dua figur itu dinilai dapat mendongkrak pamor dari partai kelas bawah ke papan atas.
Hal itu, diyakini Adi lantaran keduanya dinilai memiliki basis fraksional dan sumber kekuatan politik yang besar. Terlebih, jejaring PPP telah ada sejak lama.
"Tinggal dihidupkan kembali. Meyakinkan dengan performa kinerja yang lebih mumpuni dan prorakyat. Nah, Suharso ataupun Taj Yasin punya bekal itu," terang Adi.
"Apalagi, saat ini kan riak-riak konfliknya sudah enggak ada. Sepertinya PPP sudah lelah berkonflik, makanya saatnya momentum menyatukan kembali kekuatan politik yang dulu pernah berkompetisi dan bersaing," tandas Adi.
Sebagai informasi, dua kandidat kuat PPP yang telah muncul ke wacana publik ialah Suharso Monoarfa dan Taj Yasin Maimoen. Suharso merupakan Plt Ketua Umum PPP, sementara Taj Yasin adalah Wakil Gubernur Jawa Tengah yang juga merupakan putra ulama almarhum KH Maimoen Zubair.
Mereka digadang-gadang bakal bertarung dalam Muktamar IX PPP yang dibuka pada Jumat (18/12) malam.