Usai menyatakan dukungannya kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gubernur NTB Zainul Majdi atau yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) disebut-sebut sebagai calon terkuat pendamping Presiden Jokowi. TGB disebut bakal menjadi nama yang diyakini dapat diterima seluruh partai koalisi pengusung Jokowi.
Relawan Nasional 212 Jokowi Presiden Republik Indonesia (Renas 212 JPRI) menilai TGB memiliki faktor lebih mendampingi Jokowi berlaga di pemilihan presiden (Pilpres) 2019. Sekjen Renas 212 JPRI, Adnan Rarasina menilai TGB telah menjadi gubernur muda yang sukses selama memimpin.
Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat itu juga dinilai publik sama sekali tidak terasosiasi ke partainya. Alasan lain, TBG adalah seorang umara atau pemimpin yang juga sekaligus ulama hafiz Qur'an.
"Pemikiran-pemikiran TGB tentang ke-Islaman dan ke-Indonesiaan mengakar kuat karena latar belakang kakeknya adalah pahlawan nasional sekaligus pendiri Nahdlatul Wathon (NW), sebuah ormas yang mirip NU di Jawa yang nasionalis religius," terang Adnan.
Persepsi publik tentang TGB adalah seorang tokoh Islam yang ramah, yang saat ini dibutuhkan karena menguatnya politik identitas belakangan ini, bakal menjadi keuntungan bagi Jokowi. Apabila dipasangkan dengan Jokowi, maka akan lahir perpaduan figur nasionalis dan Islam yang menjadi sebuah kesepakatan berbangsa sejak republik ini berdiri.
Partai koalisi pendukung Presiden Jokowi juga dinilai diuntungkan. Sebab, saat ini TGB merupakan seorang tokoh Islam yang bisa memberi efek elektoral bagi Jokowi terutama dari kelompok Islam. Dalam konteks tersebut, sosok TGB mudah diterima koalisi. Apalagi TGB lebih dianggap sebagai figur independen bukan dari parpol.
Sebetulnya figur nonpartai dibutuhkan untuk mengikat koalisi dan menghindari konflik karena masing-masing partai mengajukan cawapres sendiri-sendiri. Renas 212 JPRI telah mengusulkan empat nama tokoh yang dianggap layak menjadi cawapres Jokowi.
Rinciannya adalah, TGB, Mahfud MD, Budi Gunawan selaku Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia serta satu tokoh militer yaitu mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko. Nah, dari empat sosok ini yang dipilih akan punya efek elektoral kuat bagi Presiden Jokowi.
Pilihan pragmatis
Di sisi lain, Pengamat politik, Hadi Syaroni menilai TGB justru berpeluang kecil untuk menjadi cawapresnya Joko Widodo pada Pilpres 2019. Meski dinilai dekat dengan para ulama, tapi belum tentu dapat mendongkrak elektoral.
Menjelang Pilpres, politik identitas akhir-akhir ini memang menguat, apalagi pascaisu penistaan agama yang dilakukan Basuki Tjahja Purnama alias Ahok dan aksi bela Islam 212. Sehingga, bukan rahasia umum jika Jokowi selalu disudutkan dengan isu agama.
Pilihan pragmatis, kata Hadi memang memilih cawapres dari kalangan agama untuk menutupi celah yang berpotensi akan dimanfaatkan oleh para lawan. Hanya saja, TGB dinilai belum memiliki basis massa politik yang kuat.
Berbeda dengan Mahfud MD yang dinilai lebih cocok mendampingi Jokowi karena memiliki basis massa politik dan menjadi alternatif isu agama. Mahfud bisa menjembatani basis massa agama, serta memiliki latar belakang politik yang cukup kuat.
Lain pandangan pengamat politik dari Indonesian Demokratic Center for Strategic Studies (Indenis), Girindra Sandino yang berpendapat bila Jokowi disandingkan dengan TGB, akan menghilangkan sentimen Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan. Asalkan, TGB mendapat restu dari Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi pendamping Presiden Joko Widodo.
TGB dinilai punya kekuatan dengan memiliki jutaan jemaah seperti Ustadz Abdul Somad dan Bachtiar Nasir. Girindra menilai, walau belum terang-terangan mendukung TGB karena harus menunggu komando Habib Rizieq Shihab, tetapi kemungkinan akan mendukung TGB.
Sumber: Antara